Senin, 12 Desember 2016

Nizham Al-Mulk


BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar belakang

Bangsa saljuk berasal dari suku Qanak di Turkistan. Bersama dengan dua puluh tiga suku lainnya, mereka membentuk kabilah-kabilah turkoman yang di kenal Al-Ghuz. Mereka tinggal di kawasan transoksiana yang sekarang kita sebut dengan turkistan.
Batasnya mulai dari dataran tinggi Mongolia dan Utara China dari Timur ke arah laut Qazwin di sebelah barat. Dan dari dataran rendah siberia di sebelah utara menuju ke daratan india dan persia di sebelah selatan. Keluarga-keluarga Al-Ghuz dan kabilah-kabilah besar mereka tinggal di daerah-daerah tersebut. Mereka dikenal dengan bangsa turki.
                Abu Hafsh Al-Bukhari merupakan salah satu pakar fikih yang menjadi pelopor gerakan pemikiran di kota Bukhara. Kemudian terjadilah gerakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan di dunia timur setelah periode tersebut. Disamping itu dinasti saljuk punya komitmen untuk memerangi bid’ah-bid’ah Al-Islamiyah. Diantara pengusa dinasti saljuk yang terkenal adalah Nizam Al-Mulk. Tokoh yang satu ini memahami aktivitas dakwah Al-Islamiyah dalam menarik simpati banyak orang dari kalangan awam. Karena itu, Nizham Al-Mulk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan untuk islam yang benar dan untuk membentengi setiap muslim dari dakwah-dakwah Al-Islamiyah.
                Pada tahun 391 H, dibangunlah madrasah pertama kalinya, madrasah ini diberi nama Ash-Shadiriyah yang dinisbatkan kepada pendirinya Shadir bin Abdullah. Kemudian diikuti dengan berdirinya madrasah Ar-Rasya’iyyah yang didirikan oleh Rasya bin Nadhif di Damaskus pada permulaan abad keempat.

2.       Rumusan Masalah
A.      Apa saja keberhasilan Nizham Al-Mulk mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk ?
B.       Bagaiman Perkembangan Kebudayaan Islam pada masa Nizham Al-Mulk ?
C.      Apa saja peran-peran penting sultan-sultan dinasti Saljuk ?








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Keberhasilan Nizham Al-Mulk mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk
Sesungguhnya Nizham Al-Mulk telah berhasil mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk ke sebaik-baik kondisinya :
1)      Keakuratan Nizham Al-Mulk Mengelola Urusan-urusan Negara
Tatkala malik syah diangkat menjadi sultan dinasti Saljuk, maka fungsi militer menjadi tumpul, mereka hanya berburu untuk mengumpulkan harta. Mereka berkata,  “Pemerintahan (Sultan Malik Syah) tidak menghalangi kami mendapatkan harta kecuali Nizham Al-Mulk.”
Melihat manusia banyak mengalami tekanan dan keterhimpitan karena terjang militer, maka Nizham Al-Mulk mengadukan hal tersebut kepada Sultan Malik Syah. Nizham Al-Mulk juga menjelaskan kepada Sultan bahwa kejadian seperti ini termasuk kelemahan dan menyebabkan wibawa pemerintahan jatuh, hambar dan hancur, dan menghilangkan politik negara.
Sultan Malik Syah bersumpah kepada Nizham Al-Mulk bahwa dia telah memberikan garis wilayah kekuasaan kepada Nizham Al-Mulk lebih besar, dari sebelumnya, menyerahkan pengelolaan kepadanya. Sultan kemudian memberikan gelar kepada Nizham Al-Mulk, diantaranya gelar “atabik”.
2)      Konsep Teori Negara Menurut Nizham Al-Mulk
Nizham Al-Mulk adalah sosok manusia yang beriman dan berislam. Dia mensucikan ajaran-ajaran islam sebagaimana dia sangat terkesima dan larut dengan ilmu-ilmu Islam, memuliakan tokoh-tokohnya sampai agama dan negaranya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain saling melengkapi, seperti kesempurnaan bumi karena ada langit.
Karena berlebihan penggunaan undang-undang untuk agama dan kegigihan membela agama mengalahkan negara itu membingungkan, maka Nizham Al-Mulk berpandangan bahwa negara merupakan media dari berbagai macam media menyebarkan islam dan memperdengarkanya kepada seluruh manusia.
3)      Nizham Al-Mulk dan Gagasan Pengembangan Ekonomi
Nizham Al-Mulk mempunyai peran penting dalam memperbaiki tanah-tanah pertanian dan mengatur pendistribusiannya. Adat kebiasaan yang sudah berlangsung bagi para khalifah dan para amir adalah memanipulasi harta kekayaan alam di daerahnya dan harta dikumpulkan di ibukota negara.
Tatkala kecuran dana taktis yang digelontarkan pemerintah pusat semakin luas ke daerah-daerah pada masa Nizham Al-Mulk, maka dia mengamati pemasukan kas negara melakukan perbaikan, terlebih di sana tidak ada perhatian para wali dalam perbaikan sektor ini.
Menurut langkah paling efektif bagi negara adalah mendistribusikan bagian-bagian tanah produktif berbentuk petakan-petakan kepada kepala-kepala tentara asalkan setiap petaknya ditebus dengan membayar sejumlah uang untuk kas negara ganti mereka mengambil manfaat dari lahan-lahan tanah yang di peruntukan kepada mereka.[1]
4)       Perhatian Nizham Al-Mulk Terhadap Ketertiban Administrasi
Nizham Al-Mulk menaruh perhatian yang besar dalam penyusunan manajemen administrasi negara. Penguasa yang menaruh perhatian supaya Nizham Al-Mulk mengurus masalah ini berawal pada masa Sultan Alp Arselan dan wilayah garapan Nizham Al-Mulk semakin meluas pada masa Sultan Malik Syah.
Nizham Al-Mulk mendapatkan kehormatan memformat politik, baik di internal negara maupun eksternal negara, dalam skala besar. Untuk melaksanakan tugas itu, dia mengacu pada pemahaman dan pengetahuannya tentang aturan-aturan rumah tangga kantor.
5)      Dukungan Nizham Al-Mulk Terhadap Pembangunan Fasilitas Modern
Perhatian besar terhadap pembangunan fasilitas modern, khususnya di bidang peribadatan. Dia banyak membangun masjid-masjid di berbagai pelosok daerah yang tunduk dibawah pemerintah dinasti saljuk, sebagaimana dia serius memperhatikan bangunan Al-Haramain, masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.[2]
                                                                    
B.      Perkembangan Kebudayaan Islam pada masa Nizham Al-Mulk
Kita mengetahui bahwa puncak kemajuan di zaman Abbasiyah ke I adalah pada kekhalifahan Al Makmun (198-218), maka di zaman Abbasiyah ke IV ini, kemajuan dan keberadaban mencapai puncaknya yang tertinggi adalah berkat tangan perdana Mentri Nizham Al-Mulk (455-485 H). Khalifah Al-Makmun terkenal dengan Baitul Hikmah sebagai akademi yang pertama yang didirikan pada tahun 830 M. Maka Nizhamul Mulk terkenal dengan Universitas yang pertama di dunia yang didirikannya pada 458-460 H/1065-1067 M.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa para negarawan pada periode ini lebih banyak mencurahkan perhatian pada bidang teologi. Hal ini ada kaitannya dengan politik.
Lembaga pendidikan islam yang pertama menerapkan sistem yang mendekati sistem pendidikan yang dikenal sekarang adalah Madrasah Nizhamiyah. Kurikulumnya berpusat pada Al-Quran, sastra arab, sejarah Nabi Muhamad SAW, dan berhitung. Dengan menitikberatkan pada Mazhab Syafi’i dan sistem teologi Asy’ariyah. [3]

C.      Peran-peran Penting Sultan-sultan Dinasti Saljuk
Meskipun demikian, sultan-sultan dinasti Saljuk mempunyai peran-peran penting antara lain :
1.       Mereka berperan menunda kehancuran sistem kekhalifahan daulah Abbasiyah, sekitar dua abad lamanya, sekiranya sistem khalifah nyaris hancur sebelum lenyap di bawah kekuasaan bangsa Buwaih yang beraliran Syi’ah Ar-rawafidh.
2.       Dinasti saljuk berhasil menggagalkan misi dinasti Al-Abidiyah di mesir mewujudkan tujuannya menyatukan wilayah islam bagian timur di bawah bendera khalifah Abbasiyah yang beraliran sunni.
3.       Sultan-sultan Seljuk telah melaksanakan perannya yang menyentuh untuk bangkit dalam bidang keilmuan dan administrasi perkantoran di daerah-daerah yang tunduk di bawahnya dan menciptakan stabilitas kemanan yang kondusif.
4.       Mereka menghadang pergerakan kristenisasi yang dilancarkan kaisar Byzantium. Perwakilan-perwakilan dinasti Saljuk telah menggempur beberapa kelompok pasukan besar tentara salib yang menjajah Baitul Maqdis, Ar-Ruha dan sebagian daerah syam serta pantai-pantainya. Di antara amir dinasti Saljuk yang paling Populer melaksanakan misi ini adalah Imaduddin Zengki.
5.        Mereka mengibarkan aliran sunni dan para ulamanya di daerah-daerah tersebut.[4]



[1] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 194-200.
[2] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 197-202.
[3] M. Solikhin, sejarah peradaban islam, ( Semarang : RaSAIL, 2005), hlm 98-100.
[4] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 299.

AJARAN SYEKH SITI JENAR

MAKALAH
AJARAN SYEKH SITI JENAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. H Djasadi M.Pd.

Description: H:\UCDownloads(1)\Logo 3D UIN Walisongo.png 

Disusun Oleh :

                                  Ainur Rohmah                                      (1501036001)
Isni Ulul Azmi                           (1501036002)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Tokoh sentral dalam polemik dan perang wacana di Kepulauan Nusantara dan Indonesia belum lahir tepatnya di Pulau Jawa pada pertengahan abad ke-15hingga pertengahan abad ke-16 itu adalah Syekh Siti Jenar atau dikenal dengan nama Syekh Lemah Abang. Dia seorang guru dan pelaku spiritual yang mengajarkan agama sebagai jalan hidup dan bukan sebagai kepercayaan. Meskipun Syekh seorang muslim, tetapi ajarannya menarik berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang ada waktu itu. Mereka yang belajar dan menjadi murid Syekh berasal dari berbagai kalangan, baik kalangan elite –yaitu para adipati– maupun rakyat biasa. Mereka berasal dari pemeluk Hindu, Biddha, Syiwa-Buddha, Islam, dan pemeluk kepercayaan yang berkembang di Jawa waktu itu. Yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar sehingga daya tarik ajarannya luar biasa dan menyebabkan penguasa Kesultanan Demak Bintara kegerahan waktu itu

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Ajaran Syekh Siti Jenar













BAB II
PEMBAHASAN

A.        SEMBILAN AJARAN POKOK SYEKH SITI JENAR
Manusia hidup di atas bangunan opini atau pendapat orang lain. Pada umumnya manusia tidak mengetahui hakikat hidupnya sendiri, dan tidak mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi pada dirinya. Pikiran sebagian besar orang merupakan pendapat orang lain, sehingga kita berbicara menggunakan bahasa orang lain. Mereka yang berpengaruhlah yang telah menanamkan pengaruhnya yang berupa bahasa, perilaku, pendapat, dan sebagainya untuk membangun identitas tunggal.
     Adalah Kierkegaard –seorang filosof Barat– yang menyatakan bahwa sekelompok besar orang selalu menghilangkan identitas pribadi. Oleh karena itu, sebagian besar orang yang beragama (memeluk agama resmi) biasa melakukan ritual dan menjalankan apa yang biasa dilakukan atau diharapkan oleh orang lain, tanpa penghayatan pribadi apa yang dilakukankannya. Kebanyakan orang hidup dalam kedangkalan dan formalisme kosong, dan demikianlah yang terjadi sehingga seluruh generasi terjebak dipinggiran akal budi yang berlumpur. Inilah yang menyebabkan roda kemajuan berhenti berputar.[i]
Pendapat sebagai hasil olah pikir manusia berkembang terus, dan bila pemikiran seseorang, suatu golongan atau bangsa mandek, maka ia akan terlindas oleh perubahan yang terjadi di dunia ini. Bangsa yang pemikirannya terlindas atau tertinggal akan menemui banyak masalah dalam hidupnya, dan kenyataan itu bisa kita saksikan dewasa ini. Perhatikanlah apa yang terjadi pada negara-negara tidak maju atau sedang berkembang! Kemiskinan, kebodohan, mutu kesehatan yang rendah, serta rusaknya lingkungan hidup merupakan bukti mandeknya pemikiran.
     Tanpa berpikir manusia tidaklah sama dengan hewan, tetapi malah lebih buruk daripada kehidupan hewan. Bila hewan lapar, maka secara naluri akan tertuntun menuju sumber makanan, tetapi tanpa berpikir untuk mencari makan manusia akan mengalami kematian. Oleh karena itu, manusia berandai-andai, dan perlu berasumsi. Manusia berusaha menggunakan akal-pikirannya untuk menciptakan nilai tambah pada segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Berbagai benda diberi nilai atau “aji” sesuai dengan tingkat kelangkaannya.
Pendapat apabila sudah diterima oleh suatu kelompok orang maka akan menjadi kebenaran bagi kelompok itu. Meskipun kitab-kitab suci dalam berbagai agama dikategorikan sebagai wahyu dan bukan pendapat, tetapi dalam implementasinya tetap menggunakan olah pikir alias pendapat. Dan, pendapat tentunya dimaksudkan untuk menyamankan, memudahkan, dan menimbulkan kesejahteraan umat. Itulah pendapat yang diperlukan!
Jadi, bukan kebenaran hakiki atau kebenaran harfiah suatu pendapat yang perlu diperhatikan. Yang perlu diperhatikan adalah apakah pendapat itu bisa digunakan untuk menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia, minimal bagi mereka yang meyakini pendapat itu. Dan, yang perlu kita tolak adalah pendapat yang menimbulkan kezaliman, kesengsaraan dan kriminalitas bagi manusia.
1.      Ajaran pokok yang pertama dari Syekh Siti Jenar adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Pendapat boleh diperdebatkan, akan tetapi pendapat tidak untuk melindas pendapat orang lain. Munculnya berbagai mazhab dalam berbagai agama di dunia membuktikan bahwa ajaran agama pasca pendirinya sebenarnya merupakan pendapat yang dikembangkan dari ajaran asal agama itu. Jadi, kebenaran pendapat adalah kebenaran yang dibangun atas akseptabilitas masyarakat atau komunitas tempat pendapat itu berkembang.

2.      Ajaran pokok yang kedua adalah menjadi manusia hakiki, yaitu manusia yang merupakan perwujudan dari hak, kemandirian, dan kodrat.
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.
Kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup yang tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantunga n antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence) .
Perhatikanlah keadaan ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini. Kita amat sangat tergantung pada bantuan atau hutang luar negeri. Negara yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa ini justru dihisap oleh negara-negara maju di dunia ini. Setiap bayi yang dilahirkan yang seharusnya merupakan aset negara, ternyata tumbuh menjadi manusia-manusia pencari kerja dan bahkan menjadi beban negara. Hal ini disebabkan terjadinya manusia-manusia yang tergantung pada orang lain. Hubungan yang terjadi adalah hubungan orang-orang lemah dengan orang-orang kuat. Yang lemah merasa sangat memerlukan yang kuat, sedangkan yang kuat berbuat tidak semena-mena terhadap mereka yang lemah.
Akibat dari keadaan tersebut tambah tahun pengangguran akan semakin bertambah besar. Yang menjadi gantungan relatif tetap, sedangkan yang menggatungkan diri bertambah banyak. Terjadi relasi yang tidak seimbang, sehingga kehidupan masyarakat menjadi rawan.
Kodrat. Inilah unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Dalam psikologi kodrat dapat dikatakan hampir sama dengan talenta. Bila seseorang tidak diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya, maka kodratnya kemungkinan besar tak akan terwujud. Padahal, kodrat yang ada pada diri seseorang itulah yang bisa menjadi sarana untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Bila setiap orang bisa mewujudkan kodratnya, maka akan terwujud hubungan yang saling memberikan dan sekaligus saling membutuhkan. Setiap orang akan memiliki nilai tawar bagi orang lain.
Harmonisasi dan ikatan antar warga negara akan menguat bila sebagian besar penduduknya bisa mewujudkan ketiga unsur manusia hakiki tersebut. Keragaman masyarakat pun kecil dan kesenjangan ekonomi dapat dinihilkan. Akhirnya jati diri manusia akan muncul dengan sendirinya, dan kita akan menjadi bangsa yang kokoh dan tidak mudah diprovokasi.
3.      Ajaran pokok Syekh yang ketiga adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain merupakan hubungan kodrat dan iradat. Hubungan satu orang dengan orang lain bagaikan hubungan kerja dalam satu tim, sehinga tidak terjadi hubungan posisi yang memerintah dan yang diperintah. Tak ada hubungan kekuasaan. Antara manusia yang satu dengan yang lain terikat oleh kodrat dan iradatnya, sehingga seperti hubungan sel yang yang satu dengan sel lainnya dalam satu tubuh, dan hubungan organ yang satu dengan organ lainnya dalam satu tubuh.
Kalau kita amati cara kerja organ-organ dalam tubuh manusia, maka kita akan ketahui bahwa masing-masing organ –seperti otak, penglihatan, penciuman, pendengaran, paru-paru, jantung, hati, ginjal, usus, dan lain-lain– akan bekerja sama, dan masing-masing menjalankan peranannya. Seharusnya kehidupan masyarakat manusia juga demikian. Dengan mewujudkan masyarakat yang berupa kumpulan manusia-manusia hakiki, masing-masing orang atau kelompok menjalankan fungsinya dengan benar, maka akan terbentuk kehidupan yang sehat dan tidak terjadi penghisapan antara orang yang satu terhadap orang lainnya. Inilah kehidupan dunia yang didambakan oleh Syekh Siti Jenar, yang justru sekarang tumbuh dan berkembang di negara maju.
4.      Ajaran pokok yang keempat : segala sesuatu di alam semesta ini adalah satu dan hidup. Dalam salah satu pupuhnya disebutkan bahwa bumi, angkasa, samudra, gunung dan seisinya, semua yang tumbuh di dunia, angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan rembulan, semuanya merupakan keadaan hidup. Jadi, semua yang ada merupakan wujud kehidupan.
Menurut Syekh Siti Jenar yang dinamakan makhluk hidup adalah kehidupan yang terperangkap dalam alam kematian. Zat mati tak akan dapat menimbulkan kehidupan, sedangkan zat hidup tak akan tersentuh kematian. Tuhan disebut zat yang mahahidup karena Dia eksis karena Diri-Nya sendiri. Kekuatan hidup-Nya mengalir dalam alam kematian sehingga muncul sebagai makhluk hidup. Sekarang bandingkan dengan tulisan-tulisan dari Barat dewasa ini, akan kita temukan pernyataan mereka bahwa semuanya satu, semuanya hidup. Dengan demikian, pandangan Syekh Siti Jenar luar biasa. Banyak pandangannya yang justru bersesuaian dengan pandangan kaum teosofi maupun para spiritualis dari Barat.
Bila kita menyadari bahwa lingkungan kita adalah keadaan yang hidup, maka tentu kita akan memperlakukan lingkungan kita dengan sebaik-baiknya karena kita dan lingkungan kita sebenarnya satu dan sama-sama sebagai keadaan yang hidup. Bila kita menyadari tentu kita akan berhati-hati dalam memperlakukan lingkungan kita.
5.      Ajaran pokok yang kelima: pemahaman tentang ilmu sejati. Dikisahkan dalam Serat Siti Jenar yang ditulis oleh Aryawijaya: Sejati jatining ngèlmu, lungguhé cipta pribadi, pustining pangèstinira, gineleng dadya sawiji, wijanging ngèlmu dyatmika, nèng kahanan eneng ening. Hakikat ilmu sejati itu terletak pada cipta pribadi, maksud dan tujuannya disatukan adanya, lahirnya ilmu unggul dalam keadaan sunyi dan jernih.
Menurut Syekh Siti Jenar manusia haruslah kreatif karena manusia telah diberi anugerah oleh Yang Mahakuasa untuk dapat mengaktualisasikan ilmunya yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Jadi, ilmu sejati bukanlah ilmu yang kita terima dari orang lain. Yang kita dapatkan melalui indra, pengajaran dari orang lain, itu hanyalah refleksi ilmu. Dan, ternyata sejak abad ke-20 pemahaman bahwa ilmu lahir dari kedalaman batin telah menjadi pemahaman yang universal. Itulah sebabnya orang-orang Barat tekun dalam melakukan perenungan dan pengkajian terhadap tanda-tanda di alam semesta.
Jadi, harus ada suasana kondusif bagi orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan. Suasana kondusif bagi ilmuwan adalah iklim kerja yang membuat ilmuwan tersebut dapat bekerja dengan tenang, nyaman, dan bebas dari berbagai penyebab kekalutan dan kesulitan. Dan, tentunya hak-hak untuk dapat menjadi ilmuwan sejati haruslah dipenuhi. Ingat, setiap orang telah diberi potensi dan talenta yang disebut kodrat. Dan, bagi mereka yang memiliki kodrat untuk menjadi ilmuwan harus disediakan iklim kerja yang kondusif sehingga bisa menghasilkan hal-hal yang dibutuhkan manusia.
6.      Ajaran pokok yang keenam: umumnya orang hidup saling membohongi. Banyak hal yang sebenarnya kita sendiri tidak tahu, tapi kita menyampaikannya juga kepada teman-teman kita. Hal ini banyak sekali terjadi dalam ajaran agama. Banyak orang yang sekadar hafal dalil, tetapi sebenarnya dia tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh dalil itu. Akhirnya pemahaman yang keliru itu menyebar dan terbentuklah opini yang salah.
Masyarakat yang dipenuhi dengan pemahaman dan opini yang salah sama dengan masyarakat yang dipenuhi sampah. Masyarakat demikian pasti rawan terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu, masyarakat harus dibebaskan dari berbagai macam kebohongan. Masyarakat harus diajar dan dididik untuk memahami segala sesuatu seperti apa adanya.
Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.
Ayat-ayat kitab suci harus dipahami berdasarkan kenyataan, dan tidak diindoktrinasikan serta diajarkan secara harfiah sesuai dengan asal kitab suci tersebut. Agama harus diajarkan secara arif dan bisa dibumikan, tidak terus menggantung di langit. Agama harus diterjemahkan dalam bentuk yang dapat dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat penerimanya.
7.      Ajaran pokok yang ketujuh: nama Tuhan diberikan oleh manusia. Lima ratus tahun yang lalu Syekh telah menyatakan dengan tegas bahwa manusialah yang memberikan nama pada Tuhan. Oleh karena itu, nama bagi Tuhan bermacam-macam sesuai dengan bahasa dan bangsa yang menamai-Nya. Dan, perlu diketahui bahwa Tuhan sendiri sebenarnya tidak perlu nama, karena Dia hanya satu adanya. Sesuatu diberi nama karena untuk membedakan dengan sesuatu lainnya. Nama diberikan agar kita tidak keliru tunjuk atau salah sebut.
Bagi Syekh Siti Jenar, apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya haruslah sebutan yang terpuji, yang baik, yang pantas. Bahkan dalam Alquran dinyatakan dengan tegas pada Q. 7:180 bahwa manusia diperintah untuk memohon kepada-Nya dengan nama-nama baik-Nya, atau al-asmâ-u l-husnâ. Dan, pada Q.17:110 dinyatakan bahwa Dia dapat diseru dengan nama Allah, Ar Rahman, atau dengan nama-nama baik-Nya yang lain.
Sungguh, sangat mengherankan bila di zaman sekarang ini kita berebut nama Tuhan. Secara teoritis umat Islam dididik untuk meyakini bahwa Tuhan itu Yang Maha Esa. Tetapi, dalam kenyataannya sebagian orang Islam –seperti yang terjadi di Malaysia – malah meminta orang yang beragama lain untuk tidak menggunakan lafal Allah bagi sebutan Tuhan pada agama lain tersebut. Inilah pemahaman yang salah! Kalau kita –yang Muslim— menolak pemeluk agama lain menyebut Allah bagi Tuhannya, maka secara tak sadar kita mengakui bahwa Tuhan itu lebih dari satu.
Sudah waktunya kita ajarkan ketuhanan dengan benar sehingga kita tidak berebut tulang tanpa isi. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa mengamalkan nilai-nilai ketuhanan dengan benar itulah yang amat penting dalam hidup ini. Bagi orang Indonesia , menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ketuhanan dengan benar merupakan penegakan Sila yang pertama.
8.      Ajaran pokok yang kedelapan: raja agama sesungguhnya raja penipu. Sebagaimana telah diterangkan bahwa agama adalah jalan hidup. Oleh karena itu, agama harus diajarkan untuk menjadi jalan hidup, sehingga pemeluk agama bisa hidup tenang, bahagia dan bersemangat dalam menjalani hidup. Agama harus diajarkan untuk menjadi landasan moral dan perilaku, sehingga agama benar-benar sebagai nilai luhur dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.
Jika di Eropa pada abad ke-19 orang-orang mulai mempertanyakan peranan agama, dan bahkan ada yang memandang bahwa agama sebagai candu bagi masyarakat dan harus disingkirkan dari gelanggang kehidupan bernegara, maka empat ratus tahun sebelumnya Syekh Siti Jenar justru ingin menerapkan agama sebagai penyegar dan pencerah bagi pemeluknya. Oleh karena itu, agama diajarkan tanpa melibatkan kekuasaan negara. Di sinilah Syekh bertabrakan dengan kepentingan Walisanga.
Syekh amat sadar bahwa di dunia ini penuh dengan tipu daya. Hampir di semua negara pada waktu itu terjadi relasi keuasaan antara raja/penguasa dengan para tokoh agama. Dengan kata lain, raja dan tokoh agama berbagi kekuasaan. Yang dikuasai dan yang dijadikan pijakan hidup oleh raja dan tokoh agama adalah rakyat. Inilah yang oleh Syekh disebut sebagai penipuan. Oleh karena itu, sudah waktunya agar agama benar-benar menjadi milik masyarakat, dan negara tidak mengurusi agama. Yang diurusi oleh negara adalah tegaknya hukum positif, perlindungan bagi setiap orang tanpa memandang agama dan kepercayaannya. Yang diurusi oleh negara adalah kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
9. Ajaran pokok yang kesembilan: segala sesuatu di alam semesta adalah Wajah-Nya. Inilah ajaran puncak dari Syekh Siti Jenar. Dunia adalah manifestasi wujud yang satu, dan hakikat keberadaan bukanlah dualitas. Sehingga, kemana pun kita hadapkan diri kita, maka sesungguhnya kita senantiasa menghadap Wajah-Nya. Semua adalah penampakan Wajah-Nya. Sekarang marilah kita cicipi dua bait puisi dari Syekh Siti Jenar.
Bersanggama dalam keberadaan
diliputi yang ilahi
hilanglah kehambaannya
lebur lenyap sirna lelap
digantikan keberadaan Ilahi
kehidupannya
adalah hidup Ilahi
Lahir batin keberadaan sukma
yang disembah Gusti
Gusti yang menyembah
sendiri menyembah-disembah
memuji-dipuji sendiri
timbal balik

dalam hidup ini
Jadi, pada puncak perenungan dan keheningan diri terjadilah penegasian eksistensi diri yang terkurung raga. Ditegaskan bahwa kehambaan telah lenyap, sudah hilang. Bila kehambaan masih tetap eksis maka di alam semesta ini masih berada dalam keadaan dualitas. Keadaan inilah yang menyebabkan orang terpisah dengan Tuhannya, meskipun secara konseptual diketahui bahwa Sang Pencipta lebih dekat daripada urat lehernya. Akan tetapi, selama keadaan dualitas belum sirna maka secara faktual Tuhan masih jauh daripada urat lehernya, karena Tuhan dianggap berada di luar dirinya.
Ada dualitas artinya kita mengakui ada dua keberadaan, yaitu ada yang inferior (keberadaan yang kualitasnya lebih rendah) dan ada yang superior (keberadaan yang kualitasnya lebih tinggi). Jika demikian, kedua jenis keberadaan itu tumbuh melalui proses. Semua yang tumbuh melaui suatu proses, bukanlah keberadaan yang kekal. Dan, bilamana tiada keberadaan yang kekal, maka tak mungkin ada fenomena atau penampakan di alam semesta.
Kita hidup di dunia ini karena kita kanggonan (didiami) urip (hidup) yang diberikan oleh Tuhan. Namun, badan jasmani ini hanyalah fenomena yang terikat oleh ruang, waktu, situasi psikologis. Hakikatnya badan jasmani ini tidak ada karena badan jasmani ini seperti gambar yang menumpang di layar perak atau layar kaca. Kalau layar digulung atau dimatikan ya lenyaplah fenomena tersebut. Jadi, memang benar bahwa dunia ini panggung sandiwara, dan kita adalah pemain-pemain sandiwara. Oleh karena itu, kita harus dapat memainkan peran kita masing dengan baik.
Lalu, apa sasaran utama pelenyapan dualitas? Sasaran pokoknya adalah menumbuhkan kesadaran akan ke-Satu-an, Oneness, dalam kehidupan ini, baik kehidupan kita sebagai individu maupun secara kolektif. Dengan lenyapnya perasaan dualitas dalam hidup ini, maka jarak antara kawula dan Gusti akan hilang. Akan lahir individu-individu yang menjadi dirinya sendiri, dan dalam kehidupan sosial akan tercipta interaksi antar warganya secara tim, sehingga semua akan memenuhi fungsinya masing-masing dalam kehidupan. Sekat antara pemimpin dan yang dipimpin akan hilang, dinding penyekat antara raja dan rakyatnya akan runtuh. Bila ini sudah terjadi, maka tak akan ada lagi eksploitasi terhadap sesama manusia.
Pelenyapan sekat antara kawula (hamba, rakyat, atau bawahan) dan Gusti (raja, pemimpin, atau atasan) akan melahirkan satu keberadaan yang disebut Manunggaling Kawula Gusti. Keberadaan MKG ini akan menggugurkan kehidupan yang berkasta dan merontokkan feodalisme. Relasi sesama manusia berupa simbiose mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan. Sesama manusia hidup dalam suasana liberte, egalite dan fraternite, yaitu hidup dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan antara sesama manusia di dunia ini. Dari sinilah Syekh membangun hubungan warga dengan wadah yang disebut masyarakat, yang tidak dijumpai di Timur Tengah pada waktu itu.
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!





BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Syekh Siti Jenar mendidik untuk menjadi manusia merdeka, sehingga siap untuk menahan gangguan dan ancaman asing agar bangsa Indonesia tidak terus-menerus terjajah oleh negara lain dalam segala bentuknya. Maka Syekh Siti  Jenar memiliki Sembilan ajaran pokok yaitu:

Ajaran pokok yang pertama dari Syekh Siti Jenar adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Ajaran pokok yang kedua adalah menjadi manusia hakiki. Ajaran pokok Syekh yang ketiga adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain. Ajaran pokok yang keempat : segala sesuatu di alam semesta ini. Ajaran pokok yang kelima: pemahaman tentang ilmu sejati. Ajaran pokok yang keenam: umumnya orang hidup saling membohongi. Ajaran pokok yang ketujuh: nama Tuhan diberikan oleh manusia. Ajaran pokok yang kedelapan: raja agama sesungguhnya raja penipu. Ajaran pokok yang kesembilan: segala sesuatu di alam semesta.



HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU LAIN

MAKALAH
HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN ILMU LAIN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Ilmu Dakwah
Dosen : Kholisin, S.sos.I, M.S.I
Disusun oleh:

Isni Ulul Azmi                           (1501036002)
Hasim Ashari                            (1501036021)
Abdul Syukur                           (1501036036)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara- cara menyampaikan kepada orang atau sekelompok orang mengenai ajaran agama yang benar. Dalam perjalanannya ilmu dakwah juga selalu beriringa dan menjalin hubungan dengan  ilmu lain. Sebagai penunjang materi dan studi formalnya. Aktivitas dakwah sebenarnya telah ada sejak adanya upaya menyampaikan dan mengajak manusia kejalan Allah.
Dewasa ini terdapat beberapa fenomena yang kemudian menempatkan   kesadaran umat bahwa dakwah sebagai suatu aktifitas yang keagamaan yang memang memiliki kekuatan yang besar dalam membentuk kecenderungan  masyarakat. Namun maraknya dakwah ternyata belum mampu menahan masuknya paham-paham atau aliran-aliran negatif.
Oleh karena itu,ilmu dakwah sangat erat kaitanya dengan ilmu lain,begitupun  dengan ilmu-ilmu lain tersebut.untuk menunjang studi formalnya juga untuk menjaga kesempurnaan ajaran islam agar tidak terkontanimasi denga aliran –aliran negatif. Konsep dakwah berasal dari Al-quran dan Al- sunah, bukan dari pemikiran manusia ataupun temuan lapangan. Dari kedua sumber ini,pemikiran dakwah dikembangkan dengan ilmu tauhid,perilakunya dengan ilmu fiqih,dan kalbunya dengan ilmu akhlak.1[1]
A.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian ilmu dakwah?
2.      Bagaimana hubungan ilmudakwah dengan ilmu lain?






BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Hubungan Ilmu Dakwah
Ilmu dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunaan untuk kegiatan dakwah slalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain.selama ilmu dakwah berusaha mendapatkan pengertian-pengertian saja ia termasuk dalam ilmu dakwah teotirika yang lain.Demikian juga apabila kita ini sudah berusaha merancang jalan untuk mencapai tujuan hidup tertentu maka jadilah ilmu praktika, dan selanjutnya apabila hendak direalisasikan dalam masyrakat maka memerlukan bantuan ilmu dakwah praktika.
B.     Hubungan ilmu dakwah dengan ilmu lain
1.      Ilmu taksir
Hubungan tafsir dengan ilmu dakwah adalah dengan adanya mempelajari ilmu tafsir kita dapat mengetahui isi yang terkandung dalam al-qur’an, dan lebih mudah untuk disampaikan kepada orang-orang. Bagi seorang da’i sangat membutuhkan ilmu yang mana pada ilmu tesebut banyak terkandung beberapa percikan ilmu pengetahuan penting untuk menjadi bahan bicara seorang da’i dan untuk menjelaskan tentang ayat-ayat alqur’an yang akan disampaikan seorang da’i.[2]
2.      Ilmu fiqih
Hubungan ilmu fiqih dengan ilmu dakwahuntuk menjelaskan tentang hukum-hukum syara’ aqidah islam, hukum-hukum agama dan lainnya. Sebagai materi seorang da’i meyampaikan dakwahnya di khalayak masyarakat dan media komunkasi.
Ketika ilmu dakwah megupas fenomena dakwah, ia akan menjumpai istilah fiqih dakwah yang belum ada terjemahannya secara tepat. Karena itu, fiqih dakwah di butuhkan tidak hanya mengartikanistilah,tetapi juga mengemukakan diskursus para ulama tentang istilah tersebut.[3].
3.      Ilmu tauhid
Hubungan ilmu tauhid dengan ilmu dakwah antara lain ilmu keimanan,ketauhidan dan lain sebagainya.
4.      Psikologi
Ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Sehingga seorang da’i perlu memotifasi tentang psikologi untuk mengetahui keadaan seorang pendengar sehingga nyaman dalam menyampaikan materi dan untuk mengetahui jenis dan sifat manusia yg di hadapi.
Oleh karena itu, da’i sebagai komunitor agar dapat berkomunikasi dengan komunikannya dengan eektif dan sesuai dengan apa yang di harapkan,maka ia harus berpengetahuan dan memahami bidang psikologi, karena dengan memahami pengetahuan ini ia akan dapat bersikap bijaksana dan pantang putus asa dalam menghadapi komunikannya yang sikap dan kepribadiannya beraneka ragam.[4]
5.      Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseoran atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia memlalui pengajaran dan pelatihan. Dalam pengajaran dan pelatihan itu juga termasuk tugas seorang da’i dalam masukkan akidah-akidah islami kedalam jiwa manusia.
Untuk menjadikan anak menjadi manusia dewasa yang untuk fisik ataupun untuk psikisnya yang diwarnai oleh adanya rasa tanggungjawab dan moral yang baik maka anak perlu dididik. Mendidik adalah proses mendewasakan anak menjadi manusia dewasa yang bakatnya berkembang baik. Manusia tanpa pendidikan tidak ada bedanya seperti hewan yang dibesarkan secara alamiah. Manusia perlu pendidikan karena ia adalah makhluk yang dilahirkan masih dalam serba dalam keterbatasan kemampuan sementara padanya terdapat potensi-potensi yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhannya dan menempatkannya sebagai mahkluk yang termulia dibumi ini. Jelas sekali disini terdapat hubungan dengan ilmu dakwah.[5]

6.      Sejarah
Berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang shahih yang memperbolehkan manusia memperkaya pengetahuan supaya waktu sekarang dan akan datang menjadi cerah. Dengan itu akan timbul sikap waspada dalam arti dalam semua kelompok masyarakat karena nelalui pembelajaran sejarah, ia dapat membentuk sikap tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku masa lampau dapat menjadikan pelajaran yang berguna. Ilmu dakwah juga membutuhkan serta berhubungannya dengan sejarah karena banyak sekali ilmu dan pengalaman yang kita dapati dari sejarah tersebut. [6]
7.      Komunikasi
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana da’i mengkomunikasikan pesan kepada madd’u perorangan. Secara teknis dakwah adalah komunikasi antara dai’i dan madd’u. Semua hukum yang berlaku dalam komunikasi berlaku juga dalam dakwah.[7] Dan dakwah juga bisa melalui komunikasi seperti berdakwah khutbah, tabligh akabr media masa, dan jejaring media sosial.
Dengan mengetahui karakter komunikasi seorang da’i bisa merancang media apa yang cocok digunakan, apakah dengan media bersifat audio, visual ataukah yang bersifat audio visual. Perlu diketahui bahwa  setiap jenis media mempunyai karakter sendiri-sendiri. Disamping media bisa juga ditentukan sikap yang cocok untuk ditampilkan oleh seorang da’i, menciptakan suatu teknik agar antara da’i dan madd’u terjalin komunikasi yang lancar dan nyambung serta ikatan moral yang tinggi.[8]
8.      Konseling
Agama amat menyentuk iman, taqwa, dan akhlak. Jika iman kuat maka ibadah akan lancar termasuk berbuat baik terhadap sesama manusia karena telah terbentukakhlak yang mulia. Hubungn ilmu dakwah dengan konseling yaitu dalam kita menangani klien (memecahkan masalah) kita harus selalu menggunakan metode-metode dakwah, dengan penuturan yang lemah lembut, dan menggunakan bahasa-bahasa agama, agar klein merasa senang dan tentram saat berbicara dengan konselor.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara- cara menyampaikan kepada orang atau sekelompok orang mengenai ajaran agama yang benar. Dalam perjalanannya ilmu dakwah juga selalu beriringa dan menjalin hubungan dengan  ilmu lain. Sebagai penunjang materi dan studi formalnya. Aktivitas dakwah sebenarnya telah ada sejak adanya upaya menyampaikan dan mengajak manusia kejalan Allah.
Ilmu dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunaan untuk kegiatan dakwah slalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain.selama ilmu dakwah berusaha mendapatkan pengertian-pengertian saja ia termasuk dalam ilmu dakwah teotirika yang lain.Demikian juga apabila kita ini sudah berusaha merancang jalan untuk mencapai tujuan hidup tertentu maka jadilah ilmu praktika, dan selanjutnya apabila hendak direalisasikan dalam masyrakat maka memerlukan bantuan ilmu dakwah praktika
B.     Penutup
Demikian makalah  ini yang kami buat apabila ada kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah mohon bisa dimaklumi, dan kami disini membutuhkan kritik dan saran, supaya kami bisa berintropeksi pada makalah yang lain bagimana membuat makalah yang baik dan benar, sesungguhnya manusia tidak bisa jauh dari luput dan salah, cukup sekian dan terimakasih.







DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Aziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana
Faizah, Mukhsin Ali. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada media group
Sulisyanto. 2003. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras



[1] Aziz, Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: kencana, 2009). Hlm 69
[2] Sulisyanto, Pengertian Filsafat Dakwah, ( Yogyakarta: Teras, 2003 ).
[3] Aziz, Muhammad Ali, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: kencana, 2009). Hlm 70
[4] Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Amzah, 2009 ). Hlm 80
[5] Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Amzah, 2009 ). Hlm 80
[6] Sulisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, ( Yogyakarta: Teras, 2003 ).
[7] Faizah, Mukhsin Lalu, Psikolog Dakwah, ( Jakarta: Prenada media grup, 2009 ).
[8] Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Amzah, 2009 ). Hlm 81