Senin, 12 Desember 2016

hubungan kausalitas

Hubungan Kausalitas
A.  Pengertian
Keyakinan manusia akan hukum kausalitas sudah ada sejak zaman kuno. Bahwa tidak ada satu pun peristiwa terjadi secara kebetulan, melainkan semuanya mempunyai sebab yang mendahuluinya, dapat kita telusuri sejak peradaban manusia tercatat dalam sejarah. Bukti itu dapat kita temui sebelum masehi, yaitu pada ucapan seorang filosof Yunani Leucipos: Nihil fit sine causa (tidak ada satu pun peristiwa yang tidak mempunyai sebab). Namun demikian tidak berarti jauh sebelumnya manusia belum mengenal peristiwa sebab akibat. Dokter-dokter zaman Fieaun tidak mungkin dapat mengobati penyakkit kecuali mereka memiliki pengetahuan sebab akibat.
Sebab bagai sesuatu melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian. Kita mengenal ada sebab yang mesti (necessary causa) dan yang menjadikan (sufficient cause).
Sebab yang mesti adalah suatu kedaan bila tidak ada maka akibatnya tidak harus terjadi. Oksigen merupakan sebab adanya kebakaran. Tanpa adanya oksigen tidak mungkin kebakaran bisa terjadi. Adapun sebab yang yang menjadikan adalah sesuatu yang adanya menyebabkan akibat lahir, sedangkan tidak adanya juga akibat tidak mungkin terlaksana. Dengan kata lain sebab yang menjadikan adalah sesuatu yang ada atau tiadak adanya menentukan ada dan tidaknya akibat. Kompor meledak adalah sebab yang mengakibatkan seluruh rumah di gang  X musnah menjadi abu. Tapi kita harus ingat bahwa sebab yang menjadikan dapat terlaksana bila sebab yang mesti juga ada. Meskipun ada kompor meledak tetapi bila saat itu oksigen tidak ada maka kebakaran seluruh gang itu tidak akan terlaksana. Jadi meledaknya kompor merupakan sebab yang menjadikan kebakaran.
Disamping itu ada juga sebab yang jauh dan sebab yang langsung. Bila A  mengakibatkan B dan B mengakibatkan C, C mengakibatkan D, D mengakibtkan E, dan E mengakibatkan F, maka E adalah sebab yang langsung, sedangkan A adalah sebab yang jauh. Bila kita menelusuri sebab tewasnya seorang mahasiswa dalam kecelakaan kendaraan, dan kita dapati sebab yang berantai. Ia tewas karena menyeberang jalan dengan cepat tanpa perhitungan sehingga mobil tang kebetulan lewat tidak dapat menghindari tabrakan. Mengapa ia  memotong jalan tanpa perhitungan ? ia tergesah-gesah ingin segera sampai dikampusnya sebab hari itu harus mengikuti ujian dan hari telah siang, ia takut terlambat. Mengapa terlambat bangun ? Karena semalem belajar sampe larut. Mengapa belajar sampe larut malam ? Karena akan mengikuti ujian. Mengapa mengikkuti ujian ?.... dan seterusnya, setiap sebab ternyata merupakan akibat sebab yang mendahukuinya. Disini belajar sampe larut merupakan sebab yang jauh, sedangkan memotong jalan tidak memakai perhitungan merupakan sebab yang dekat bagi kecelakaan yang menewaskan.
Selanjutnya apakah sebab yang mengakibatkan lahirnya akibat satu atau banyak ? kematian itu bisa disebabkan oleh penyakit, tertembak, kecelakaan, perkelahian atau keracuanan. Bila kita berkeyakinan bahwa sebab yang berbeda akan membawa akibat yang berbeda pula, maka sebab yang melahirkan akibat yang sama itu tidak banyak tetapi satu. Seseorang mati karena keracunan dan seorang lain mati karena kecelakaan. Kalau begitu bukanlah sebab dari kematian itu tidak satu tetapi banyak ? bagi orang yang berkeyakinan bahwa sesuatu yang berbeda akan melahirkan akibat yang berbeda maka sebab kematian itui adalah satu, hanya berbeda dalam gejala. Sebab itu adalah satu yaitu sebagai peneyebab kematian bukan kenaikan harga atau penyebab kebodohan.
Sebaliknya, bagi yang berkeyakinan bahwa yang sebab itu banyak, dilihat dari segi individualnya, bukan akibat yang ditimbulkan. Kedua pandangan itu baik yang berkeyakinan sebab itu satu ataupuyn sebab itu banyak pada hakikatnya sama, kecuali karena penggunaan istilah. Sebab yang banyak (secara individual) dapat mengakibatkan akibat yang sama (satu) dan sebab yang satu (individual) dapat menjadikan akibat yang banyak. Kemiskinan dapat mengakibatkan bermacam-macam akibat seperti kebodohan, pelacuaran, pencurian, kedidak akraban dan sebagainya.
Apapun pendapat kita tentang sebab pada pembicaraan ini kita khususkan pada sebab yang menjadikan (sufficient causa) yaitu ada dan tiadanya sebab ini menentukan ada dan tiadaknya akibat. Induksi yang berdasarkan kepada aksioma sebab bila dirumuskan berbunyi.
a.    Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia tidak dijumpai pada sebab saat akibat terjadi.
b.    Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia dijumpai pada saat aki bat tidak terjadi.



B.   Metode Induksi Mill
Dua aksioma kausalitas diatas merupakan dasar bagi John Stuart Mill (1806-1873) seorang filosof inggris untuk merumuskan empat metode induksi yang kemudian terkenal dengan sebutan Metode Penyimpulan Induksif Mill. Empat metode tersebut adalah: Metode Persetujuan, Metode Perbedaan, Metode persamaa variasi, metode sisihan. Kemudian orang yang dating sesudah Mill menambah satu metode yaitu Metode Gabungan Persetujuan dan perbedaan.
1.    Metode Persetujuan
Maksud metode ini adalah: “Apabila ada dua macam peristiwa atau lebih pada gejala yang diselidiki dan masing-masing peritiwa itu mempunayai faktor yang sama, maka faktor itu merupakan sau-satunya sebab bagi gejala yang diselidiki”.
2.    Metode Perbedaan
Maksud metode ini adalah: “Jika sebuah peristiwa mengandung gejala yang diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya, namun faktornya sama kecuali satu, dan yang satu itu terdapat peristiwa pertama maka faktor satu-satunya itu menyebabkan peristiwanya berbeda  itu adalah faktor yang tidak bisa dilepaskan dari sebab terjadinya gejala.”
3.    Metode persamaan variasi

Metode ini adalah: “Apabila suatu gejala yang dengan sesuatu cara berubah ketika gejala lain berubah dengan cara tertentu, maka gejala itu adalah sebab atau akibat dari gejala lain, atau berhubungan secara sebab akibat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar