Hubungan Kausalitas
A. Pengertian
Keyakinan
manusia akan hukum kausalitas sudah ada sejak zaman kuno. Bahwa tidak ada satu
pun peristiwa terjadi secara kebetulan, melainkan semuanya mempunyai sebab yang
mendahuluinya, dapat kita telusuri sejak peradaban manusia tercatat dalam
sejarah. Bukti itu dapat kita temui sebelum masehi, yaitu pada ucapan seorang
filosof Yunani Leucipos: Nihil fit sine causa (tidak ada satu pun peristiwa
yang tidak mempunyai sebab). Namun demikian tidak berarti jauh sebelumnya manusia
belum mengenal peristiwa sebab akibat. Dokter-dokter zaman Fieaun tidak mungkin
dapat mengobati penyakkit kecuali mereka memiliki pengetahuan sebab akibat.
Sebab bagai
sesuatu melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian. Kita mengenal ada sebab
yang mesti (necessary causa) dan yang menjadikan (sufficient cause).
Sebab yang
mesti adalah suatu kedaan bila tidak ada maka akibatnya tidak harus terjadi.
Oksigen merupakan sebab adanya kebakaran. Tanpa adanya oksigen tidak mungkin
kebakaran bisa terjadi. Adapun sebab yang yang menjadikan adalah sesuatu yang adanya
menyebabkan akibat lahir, sedangkan tidak adanya juga akibat tidak mungkin
terlaksana. Dengan kata lain sebab yang menjadikan adalah sesuatu yang ada atau
tiadak adanya menentukan ada dan tidaknya akibat. Kompor meledak adalah sebab
yang mengakibatkan seluruh rumah di gang
X musnah menjadi abu. Tapi kita harus ingat bahwa sebab yang menjadikan
dapat terlaksana bila sebab yang mesti juga ada. Meskipun ada kompor meledak
tetapi bila saat itu oksigen tidak ada maka kebakaran seluruh gang itu tidak
akan terlaksana. Jadi meledaknya kompor merupakan sebab yang menjadikan
kebakaran.
Disamping
itu ada juga sebab yang jauh dan sebab yang langsung. Bila A mengakibatkan B dan B mengakibatkan C, C
mengakibatkan D, D mengakibtkan E, dan E mengakibatkan F, maka E adalah sebab
yang langsung, sedangkan A adalah sebab yang jauh. Bila kita menelusuri sebab
tewasnya seorang mahasiswa dalam kecelakaan kendaraan, dan kita dapati sebab
yang berantai. Ia tewas karena menyeberang jalan dengan cepat tanpa perhitungan
sehingga mobil tang kebetulan lewat tidak dapat menghindari tabrakan. Mengapa
ia memotong jalan tanpa perhitungan ? ia
tergesah-gesah ingin segera sampai dikampusnya sebab hari itu harus mengikuti
ujian dan hari telah siang, ia takut terlambat. Mengapa terlambat bangun ?
Karena semalem belajar sampe larut. Mengapa belajar sampe larut malam ? Karena
akan mengikuti ujian. Mengapa mengikkuti ujian ?.... dan seterusnya, setiap
sebab ternyata merupakan akibat sebab yang mendahukuinya. Disini belajar sampe
larut merupakan sebab yang jauh, sedangkan memotong jalan tidak memakai
perhitungan merupakan sebab yang dekat bagi kecelakaan yang menewaskan.
Selanjutnya
apakah sebab yang mengakibatkan lahirnya akibat satu atau banyak ? kematian itu
bisa disebabkan oleh penyakit, tertembak, kecelakaan, perkelahian atau
keracuanan. Bila kita berkeyakinan bahwa sebab yang berbeda akan membawa akibat
yang berbeda pula, maka sebab yang melahirkan akibat yang sama itu tidak banyak
tetapi satu. Seseorang mati karena keracunan dan seorang lain mati karena
kecelakaan. Kalau begitu bukanlah sebab dari kematian itu tidak satu tetapi
banyak ? bagi orang yang berkeyakinan bahwa sesuatu yang berbeda akan
melahirkan akibat yang berbeda maka sebab kematian itui adalah satu, hanya
berbeda dalam gejala. Sebab itu adalah satu yaitu sebagai peneyebab kematian
bukan kenaikan harga atau penyebab kebodohan.
Sebaliknya,
bagi yang berkeyakinan bahwa yang sebab itu banyak, dilihat dari segi
individualnya, bukan akibat yang ditimbulkan. Kedua pandangan itu baik yang
berkeyakinan sebab itu satu ataupuyn sebab itu banyak pada hakikatnya sama,
kecuali karena penggunaan istilah. Sebab yang banyak (secara individual) dapat
mengakibatkan akibat yang sama (satu) dan sebab yang satu (individual) dapat
menjadikan akibat yang banyak. Kemiskinan dapat mengakibatkan bermacam-macam
akibat seperti kebodohan, pelacuaran, pencurian, kedidak akraban dan
sebagainya.
Apapun
pendapat kita tentang sebab pada pembicaraan ini kita khususkan pada sebab yang
menjadikan (sufficient causa) yaitu ada dan tiadanya sebab ini menentukan ada
dan tiadaknya akibat. Induksi yang berdasarkan kepada aksioma sebab bila
dirumuskan berbunyi.
a. Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia tidak
dijumpai pada sebab saat akibat terjadi.
b. Tidak ada sesuatu itu disebut sebab bagi suatu akibat bila ia dijumpai
pada saat aki bat tidak terjadi.
B. Metode Induksi Mill
Dua aksioma
kausalitas diatas merupakan dasar bagi John Stuart Mill (1806-1873) seorang
filosof inggris untuk merumuskan empat metode induksi yang kemudian terkenal
dengan sebutan Metode Penyimpulan Induksif Mill. Empat metode tersebut adalah:
Metode Persetujuan, Metode Perbedaan, Metode persamaa variasi, metode sisihan.
Kemudian orang yang dating sesudah Mill menambah satu metode yaitu Metode
Gabungan Persetujuan dan perbedaan.
1. Metode Persetujuan
Maksud metode ini adalah: “Apabila ada dua
macam peristiwa atau lebih pada gejala yang diselidiki dan masing-masing
peritiwa itu mempunayai faktor yang sama, maka faktor itu merupakan sau-satunya
sebab bagi gejala yang diselidiki”.
2. Metode Perbedaan
Maksud metode ini adalah: “Jika sebuah
peristiwa mengandung gejala yang diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang tidak
mengandungnya, namun faktornya sama kecuali satu, dan yang satu itu terdapat
peristiwa pertama maka faktor satu-satunya itu menyebabkan peristiwanya
berbeda itu adalah faktor yang tidak
bisa dilepaskan dari sebab terjadinya gejala.”
3. Metode persamaan variasi
Metode ini adalah: “Apabila suatu gejala
yang dengan sesuatu cara berubah ketika gejala lain berubah dengan cara
tertentu, maka gejala itu adalah sebab atau akibat dari gejala lain, atau
berhubungan secara sebab akibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar