MAKALAH
ISLAM
RAHMATAN LIL’ALAMIN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
kuliah : Hadits Dakwah
Dosen
: Agus Syamsul Huda

Disusun
oleh:
Isni Ulul Azmi (1501036002)
Devi
Rahmayanti (1501036003)
Khoiriyat
Zulfa (1501036005)
Lailatus
Sakdiyah (1501036006)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
وما ارسلنك الا رحمة للعلمين
Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi
rahmat bagi semesta alam.
Berdasarkan firman Allah diatas, bahwa nabi muhammad saw diutus
untu menyampaikan pesan sucu (risalah) Allah untuk seluruh alam termasuk
didalamnya umat para nabi-nabi terdahulu yang masih menganut ajaran dan
kepercayaannya serta yang menjadi keyakinannya. Hal ini sudah otomatis lebur
mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad karena Muhammad sebagai nabi dan
pembawa risalah yang terakhir. Muhammad saw sebagai pembawa rahmah kepada
manusia, binatang, serta lingkungan hidup yang kita tempati ini juga berhak mendapatkan
rahmah karena itu semua bagian dari alam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Rahmatan lil ‘alamin ?
2. Apa saja Bentuk-bentuk Rahmatan lil ‘alamin ?
3. Bagaimana Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rahmatan lil ‘alamin
Kata rahmatan lil’alamin terdiri dari dua kata yaitu rahmah dan
lil’alamin . kata rahmah berasal dari bahasa arab dari kata dasar رحم- يرحم-رحمة-ومرحمة yang mempunyai arti menaruh kasihan. Kata rahima muncul dalam
berbagai bentyk kata lain al-rahmu, al-rahman, dan al-rahim. Kata al-rahmu
berarti belas kasihan dan rahmat.
Sedangkan kata lil’alamin berasal dari kata al-‘alamu ((العالم yang berarti alam, sedangkan bentuk jama’nya adalah ‘alamun yaitu
jama’ muzakkar salim. Istilam alam yang dipakai disini dalam arti alam semsta.
Istilah ini di alih bahasakan ke dalam bahasa arab dengan ‘alam.[1]
Kata al-rahman dan al-rahim banyak sekali muncul dalam al-qur’an
dalam berbagai surat yang berbeda yaitu kurang lebih ada 342 kata. Sedangkan
kata lil ‘alamin muncul dalam al-qur’an sebanyak 72 kali dalam berbagai surat.
Sedangkan kata rahmatan lil’alamin hanya muncul satu kali di al-qur’an.
Ada juga ulama yang memahami kata al-rahman sebagai sifat Allah SWT
yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara sementara di dunia ini,
sedangkan al-rahim adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia
yang sementara ini meliputi seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa membedakan
antara mukmin dan kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah Rahmat-Nya di
akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan di nikamati oleh
makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.[2]
Menurut Ibnu Katsir, bahwa setiap manusia mendapatkan rahmat dari
Allah, namun hal itu terserah manusianya sendiri mau menerima dan mensyukurinya
atau mereka menolak dan mengingkarinya sehingga ia akan rugi di dunia dan
akhirat. Ini merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah.
Rasulullah bersabda ketika seorang meminta kepada beliau untuk orang-orang
musyrikin :
اني لم ابعث لعا نا وانما بعثت
رحمة
“sesungguhnya aku tidak
diutus sebagai petunjuk melainkan ditunjuk sebagai pembawa rahmat “
Dalam hadits lain diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Salman, Rasulullah SAW bersabda :
ايما
رجل سببثه في غضبي اولعثثه لعنة فانما انا رجل من ولد ادم اغضب كما تغضبون وانما
بعثني الله رحمة للعلمين فاجعلها صلا ة
عليه يوم القيامة
“siapapun yang pernah aku cerca atau aku
kutuk ketika aku dalam keadaan marah, maka sesungguhnya aku hanyalah seorang
pria dari anak Adam, yang bisa marah seabagai mana kamu marah dan sesungguhnya
Allah telah mengutusku pembawa rahmat bagi alam semesta, maka hendaklah cercaku
dan kutukann itu menjadi sholawat bagi yang bersangkutan sampai hari kiamat.”[3]
B. Bentuk-bentuk Rahmatan lil ‘alamin
1. Rahmat terhadap sesama manusia
Rahmat terhadap semua manusia disini adalah menyayangi sesama manusia, yang merupakan ajaran yang
ditekankan oleh Nabi Muhammad saw dan juga perwujudan kesempurnaan iman. Karena
setiap muslim harus memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang didalam
hatinya untuk berbuat kebajukan sesama manusia, bahkan binatang dan alam
semesta menurut kadar kemampuannya.
Al-Qur’an merupakan sumber peradaban yang mampu memberikan
alternatif jawaban untuk membina hidup tentram dan bahagia dalam kehidupan
bermasyarakat secara umum. Agama islam melalui Al-Qur’an menganjurkan
prinsip-prinsip akhlaq yang menyeluruh, yang dapat memperkuat ikatan satu sama
lain, sehingga tercipta suatu bentuk masyarakat yang terpadu menjadi satu
kesatuan meskipun suku, agama, warna
kulit, atau bahkan bangsa yang berbeda-beda.
Islam adalah agama yang pesat dan luas menyebar diantera umat
manusia. Agama islam mengajarkan persaudaraan sebagai obat mujarab bagi
berbagai penyakit. Persaudaraan berdasarkan iman ini perlu sekali diletakkan
pada proposi sesuai dengan ajaran kitab suci dan sunnah Nabi. Kaum muslimin
dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia lain menunjukkan kesamaan luar biasa,
amat jauh melebihi umat-umat yang lain, tetapi tidaklah berarti kaum muslimin
dimana saja adalah sama. Ruang untuk berbeda secara absah memberikan dasar
konsep persaudaraan, sehingga berbeda menjadi rahmah bukan adzab.[4]
Ukhwah islamiyah merupakan faktor yang paling kuat untuk
membangkitkan makna kasih sayang, tolong menolong, berbagi rasa sehingga
akhirnya dapat membentuk masyarakat ideal yang dipenuhi kebaikan dan dijauhkan
dari keburukan. Perbuatan baik tidak hanya sebatas kepada kaum seiman akan
tetapi terhadap siapapun yang ada dimuka bumi. Membentuk masyarakat ideal
membutuhkan kerja sama dalam perbuatan kebaikan dari berbagai lapisan masyarakat.
Islam
telah menetapkan ukhuwah diantara sesama kaum muslimin sebagaimana dalam
firman-Nya surat Al-Hujurat 49
Islam memberiakn tuntunan untuk mencintai segala sesuatu yang ada
dibumu baik itu manusia maupun binatang. Akan tetapi masih ada sikap sebagian
pemeluk agama yang ada yang lebih keras karena
semangatnya terhadap agamanya sampai ia memusuhi semua orang yang berbeda
agama, merasa benci dan dendam. Bahkan sampai menganggap halal harta dan
darahnya. Pandangan demikian sangat membahayakan bagi orang-orang berlainan agama yang masih setanah air dan
warga negara yang sama. Kehidupannya akan dipenuhi dengan rasa curiga dan buruk
sangka serta ketakutan. Kondisi yang semacam ini maka umat islam harus
mengingat bahwa islam bukan saja mengajarkan suopaya menghormati agama-agama
lain dan menghargai pemeluk-pemeluknya
dalam pergaulan.[5]
2.
Rahmat
terhadap alam ciptaan Tuhan
Manusia adalah khilafah dibumi, makhlik yang bertugas
mengurus bumi dengan segala isinya dan berkewajiban memakmurkannya
sebagai penguasa dibumi, manusia berkewajiban membudayakan alam ini guna
menyiapkan kehidupan yang bahagia.
Manusia
telah mengenal istilah “ kelestarian lingkungan “, Nabi Muhammad telah
menganjurkan untuk hidup bersahabat dengan alam. Islam tidak mengajarkan
istilah penundukkan alam, karena istilah ini dapat mengantarkan manusia kepada
sikap-sikap sewenang-wenang, penumpukan tanpa batas, tanpa pertimbangan pada
azas kebutuhan yang diperlukan. Iatilah yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw
“Tuhan memudahkan alam untuk dikelola manusia”. Sebagai firman Allah QS.
Ibrahim 14.
Wujud mencintai alam yaitu pengelolaan disertai dengan tidak
merusakknya, bahkan mengantarkan setia bagian dari alam ini untuk mencapai
tujuan pencipta-Nya. Karena itu terlarang menjual buah-buahan yang mentah atau
memetik bunga yang belum mekar agar mata menikmati keindahannya dan lebah
menghisap sarinya.
Wujud
manusia mencintai alam adalah berbuat dan bersikap baik kepada makhluk-makhluk
ciptaan Tuhan, bahkan manusia di dorong membudidayakan dan dilarang membuat
kerusakan setelah adanya usaha untuk melestarikan nya. Syariat islam melarang
manusia membunuh binatang secara kejam dengan cara menyakiti, melempar,
membakar, menenggelamkan bintang darat disungai atau yang lainnya semata-mata
mencari kepuasan. Begitu pula denga tumbuh-tumbuhan manusia dilarang memtiknya
sembarangan, merusak pohonnya, buah dan bunganya sekalipun pohon itu tumbuh
tidak bermanfaat bagi kita. Manusia tidak berhak memusnahkan kecuali dalam
keadaan tertentu seperti untuk kebutuhan kebersihan atau yang lainnya yang
lebih besar manfaatnya untuk kebutuhan
hidup manusia, sehingga kelestarian flora dan fauna akan tetap terjamin, dapat
terus menerus diambil manfaatnya oleh manusia. Betapa bahagia manusia dalam
menjalani hidup ini karena keseimbangan terjaga apa yang jadi dambaan setiap
insan, kehidupan yang harmonis berjalan sesuai dengan ketetapan syariat islam.
Tanpa ada unsur paksaan mencintai alam ini, akan tetapi karena kesadaran dari
diri manusia masing-masing yang faham dan mengerti arti penting kebahagiaan
hidup.[6]
C. Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam
Memang benar agama islam adalah agama rahmatan
lil’alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga
banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang
fundamental yaitu akidah.
Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan
lil’alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami
tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
alam semesta”. Al-Anbiya :107
Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi
sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah
Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah
bencan dan malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang
menggunakan kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas
bahwa islam itu “bukan bencana alam”. Dengan demikian kehadiran Islam di alam
ini bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk
kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara
perseorangn maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan
harapan manusia. Ia harus mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia,
menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari semua macam
kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia
dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam memberikan dunia
hari depan yang cerah dan penuh harapan. Manusia akhirnya merasakan nikmat dan
bahagia karena Islam.
Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia,
terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan
ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan hubungan yang
saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu
aqidah, syari’ah dan nizam.
Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau
keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu
keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena
bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan
diizinkannya adalah suatu yang haq
“Dan
carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri
akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah
kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau
berbuat kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi
orang-orang yang berbuat rusuh”. Al-Qashash (28) : 77
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini
adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi
manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total terhadap cara-cara hidup
kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang mu’amalah
Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi
sebagai pengendali. Tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana,
tetapi sebagai lokomotip yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong
ke Barat dan tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah
mengajak seluruh benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang
harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia
(hayatun thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di
bawah naungan ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa
tinggi fungsi umat Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah
berfirman :
“Kamu
adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia, untuk
memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh kepada
Allah”. Al-Imran (3) : 110 [7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai
muslim yang baik hendaknya memiliki sifat-sifat kasih sayang dan mengaplikasikannya
kedalam kehidupan sehari-hari. Bersikap dan berbuat kasih sayang itu bukan
hanya kepada sesama muslim saja melainkan kepada sesama makhluk, baik itu
manusia, binatang dan tumbuhan yang ada dibumi.
[1] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,
hal.18-19
[2] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,
hal.19-20
[3] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, hal.26-27
[4] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,
hal.31-32
[5] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,
hal.33-34
[6] Achmad Bisri, konsep
islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,
hal.37-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar