Senin, 12 Desember 2016

islam rahmatan lil'alamin

MAKALAH
ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Hadits Dakwah
Dosen : Agus Syamsul Huda
Description: C:\Users\user\Downloads\logo.png
Disusun oleh:

Isni Ulul Azmi               (1501036002)
Devi Rahmayanti                       (1501036003)
Khoiriyat Zulfa              (1501036005)
Lailatus Sakdiyah                      (1501036006)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 وما ارسلنك الا رحمة للعلمين
Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.
Berdasarkan firman Allah diatas, bahwa nabi muhammad saw diutus untu menyampaikan pesan sucu (risalah) Allah untuk seluruh alam termasuk didalamnya umat para nabi-nabi terdahulu yang masih menganut ajaran dan kepercayaannya serta yang menjadi keyakinannya. Hal ini sudah otomatis lebur mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad karena Muhammad sebagai nabi dan pembawa risalah yang terakhir. Muhammad saw sebagai pembawa rahmah kepada manusia, binatang, serta lingkungan hidup yang kita tempati ini juga berhak mendapatkan rahmah karena itu semua bagian dari alam.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Rahmatan lil ‘alamin ?
2.    Apa saja Bentuk-bentuk Rahmatan lil ‘alamin ?
3.    Bagaimana Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Rahmatan lil ‘alamin
Kata rahmatan lil’alamin terdiri dari dua kata yaitu rahmah dan lil’alamin . kata rahmah berasal dari bahasa arab dari kata dasar  رحم- يرحم-رحمة-ومرحمة yang mempunyai arti menaruh kasihan. Kata rahima muncul dalam berbagai bentyk kata lain al-rahmu, al-rahman, dan al-rahim. Kata al-rahmu berarti belas kasihan dan rahmat.
Sedangkan kata lil’alamin berasal dari kata al-‘alamu ((العالم yang berarti alam, sedangkan bentuk jama’nya adalah ‘alamun yaitu jama’ muzakkar salim. Istilam alam yang dipakai disini dalam arti alam semsta. Istilah ini di alih bahasakan ke dalam bahasa arab dengan ‘alam.[1]
Kata al-rahman dan al-rahim banyak sekali muncul dalam al-qur’an dalam berbagai surat yang berbeda yaitu kurang lebih ada 342 kata. Sedangkan kata lil ‘alamin muncul dalam al-qur’an sebanyak 72 kali dalam berbagai surat. Sedangkan kata rahmatan lil’alamin hanya muncul satu kali di al-qur’an.
Ada juga ulama yang memahami kata al-rahman sebagai sifat Allah SWT yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara sementara di dunia ini, sedangkan al-rahim adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah Rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan di nikamati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.[2]
Menurut Ibnu Katsir, bahwa setiap manusia mendapatkan rahmat dari Allah, namun hal itu terserah manusianya sendiri mau menerima dan mensyukurinya atau mereka menolak dan mengingkarinya sehingga ia akan rugi di dunia dan akhirat. Ini merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah. Rasulullah bersabda ketika seorang meminta kepada beliau untuk orang-orang musyrikin :
 اني لم ابعث لعا نا وانما بعثت رحمة
“sesungguhnya aku tidak diutus sebagai petunjuk melainkan ditunjuk sebagai pembawa rahmat “
Dalam hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Salman, Rasulullah SAW bersabda :
 ايما رجل سببثه في غضبي اولعثثه لعنة فانما انا رجل من ولد ادم اغضب كما تغضبون وانما بعثني الله   رحمة للعلمين فاجعلها صلا ة عليه يوم القيامة
“siapapun yang pernah aku cerca atau aku kutuk ketika aku dalam keadaan marah, maka sesungguhnya aku hanyalah seorang pria dari anak Adam, yang bisa marah seabagai mana kamu marah dan sesungguhnya Allah telah mengutusku pembawa rahmat bagi alam semesta, maka hendaklah cercaku dan kutukann itu menjadi sholawat bagi yang bersangkutan sampai hari kiamat.”[3]
B.   Bentuk-bentuk Rahmatan lil ‘alamin
1.    Rahmat terhadap sesama manusia
Rahmat terhadap semua manusia disini adalah menyayangi sesama  manusia, yang merupakan ajaran yang ditekankan oleh Nabi Muhammad saw dan juga perwujudan kesempurnaan iman. Karena setiap muslim harus memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang didalam hatinya untuk berbuat kebajukan sesama manusia, bahkan binatang dan alam semesta menurut kadar kemampuannya.
Al-Qur’an merupakan sumber peradaban yang mampu memberikan alternatif jawaban untuk membina hidup tentram dan bahagia dalam kehidupan bermasyarakat secara umum. Agama islam melalui Al-Qur’an menganjurkan prinsip-prinsip akhlaq yang menyeluruh, yang dapat memperkuat ikatan satu sama lain, sehingga tercipta suatu bentuk masyarakat yang terpadu menjadi satu kesatuan  meskipun suku, agama, warna kulit, atau bahkan bangsa yang berbeda-beda.
Islam adalah agama yang pesat dan luas menyebar diantera umat manusia. Agama islam mengajarkan persaudaraan sebagai obat mujarab bagi berbagai penyakit. Persaudaraan berdasarkan iman ini perlu sekali diletakkan pada proposi sesuai dengan ajaran kitab suci dan sunnah Nabi. Kaum muslimin dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia lain menunjukkan kesamaan luar biasa, amat jauh melebihi umat-umat yang lain, tetapi tidaklah berarti kaum muslimin dimana saja adalah sama. Ruang untuk berbeda secara absah memberikan dasar konsep persaudaraan, sehingga berbeda menjadi rahmah bukan adzab.[4]
Ukhwah islamiyah merupakan faktor yang paling kuat untuk membangkitkan makna kasih sayang, tolong menolong, berbagi rasa sehingga akhirnya dapat membentuk masyarakat ideal yang dipenuhi kebaikan dan dijauhkan dari keburukan. Perbuatan baik tidak hanya sebatas kepada kaum seiman akan tetapi terhadap siapapun yang ada dimuka bumi. Membentuk masyarakat ideal membutuhkan kerja sama dalam perbuatan kebaikan dari berbagai lapisan masyarakat.
Islam telah menetapkan ukhuwah diantara sesama kaum muslimin sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-Hujurat 49
Islam memberiakn tuntunan untuk mencintai segala sesuatu yang ada dibumu baik itu manusia maupun binatang. Akan tetapi masih ada sikap sebagian pemeluk agama yang  ada yang lebih keras karena semangatnya terhadap agamanya sampai ia memusuhi semua orang yang berbeda agama, merasa benci dan dendam. Bahkan sampai menganggap halal harta dan darahnya. Pandangan demikian sangat membahayakan bagi orang-orang  berlainan agama yang masih setanah air dan warga negara yang sama. Kehidupannya akan dipenuhi dengan rasa curiga dan buruk sangka serta ketakutan. Kondisi yang semacam ini maka umat islam harus mengingat bahwa islam bukan saja mengajarkan suopaya menghormati agama-agama lain  dan menghargai pemeluk-pemeluknya dalam pergaulan.[5]
2.    Rahmat terhadap alam ciptaan Tuhan
Manusia adalah khilafah dibumi, makhlik yang  bertugas  mengurus bumi dengan segala isinya dan berkewajiban memakmurkannya sebagai penguasa dibumi, manusia berkewajiban membudayakan alam ini guna menyiapkan kehidupan yang bahagia.
Manusia telah mengenal istilah “ kelestarian lingkungan “, Nabi Muhammad telah menganjurkan untuk hidup bersahabat dengan alam. Islam tidak mengajarkan istilah penundukkan alam, karena istilah ini dapat mengantarkan manusia kepada sikap-sikap sewenang-wenang, penumpukan tanpa batas, tanpa pertimbangan pada azas kebutuhan yang diperlukan. Iatilah yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw “Tuhan memudahkan alam untuk dikelola manusia”. Sebagai firman Allah QS. Ibrahim 14.
Wujud mencintai alam yaitu pengelolaan disertai dengan tidak merusakknya, bahkan mengantarkan setia bagian dari alam ini untuk mencapai tujuan pencipta-Nya. Karena itu terlarang menjual buah-buahan yang mentah atau memetik bunga yang belum mekar agar mata menikmati keindahannya dan lebah menghisap sarinya.
Wujud manusia mencintai alam adalah berbuat dan bersikap baik kepada makhluk-makhluk ciptaan Tuhan, bahkan manusia di dorong membudidayakan dan dilarang membuat kerusakan setelah adanya usaha untuk melestarikan nya. Syariat islam melarang manusia membunuh binatang secara kejam dengan cara menyakiti, melempar, membakar, menenggelamkan bintang darat disungai atau yang lainnya semata-mata mencari kepuasan. Begitu pula denga tumbuh-tumbuhan manusia dilarang memtiknya sembarangan, merusak pohonnya, buah dan bunganya sekalipun pohon itu tumbuh tidak bermanfaat bagi kita. Manusia tidak berhak memusnahkan kecuali dalam keadaan tertentu seperti untuk kebutuhan kebersihan atau yang lainnya yang lebih besar manfaatnya  untuk kebutuhan hidup manusia, sehingga kelestarian flora dan fauna akan tetap terjamin, dapat terus menerus diambil manfaatnya oleh manusia. Betapa bahagia manusia dalam menjalani hidup ini karena keseimbangan terjaga apa yang jadi dambaan setiap insan, kehidupan yang harmonis berjalan sesuai dengan ketetapan syariat islam. Tanpa ada unsur paksaan mencintai alam ini, akan tetapi karena kesadaran dari diri manusia masing-masing yang faham dan mengerti arti penting kebahagiaan hidup.[6]
C.  Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam
Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah.
Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta”. Al-Anbiya :107
Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah bencan dan malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang menggunakan kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu “bukan bencana alam”. Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari semua macam kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh harapan. Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karena Islam.
Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.
Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq
“Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau berbuat kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi orang-orang yang berbuat rusuh”. Al-Qashash (28) : 77
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang mu’amalah
Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah naungan ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa tinggi fungsi umat Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman :
“Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia, untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh kepada Allah”. Al-Imran (3) : 110 [7]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai muslim yang baik hendaknya memiliki sifat-sifat kasih sayang dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Bersikap dan berbuat kasih sayang itu bukan hanya kepada sesama muslim saja melainkan kepada sesama makhluk, baik itu manusia, binatang dan tumbuhan yang ada dibumi.




[1] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013, hal.18-19
[2] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013, hal.19-20
[3] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, hal.26-27
[4] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,  hal.31-32
[5] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013, hal.33-34
[6] Achmad Bisri, konsep islam rahmatan lil ‘alamin menurut Muhammad Fethullah gulen, semarang 3013,  hal.37-40





Tidak ada komentar:

Posting Komentar