MAKALAH
AJARAN SYEKH SITI JENAR
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Akhlaq Tasawuf
Dosen
Pengampu : Dr. H Djasadi M.Pd.

Disusun
Oleh :
Ainur Rohmah (1501036001)
Isni
Ulul Azmi (1501036002)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tokoh
sentral dalam polemik dan perang wacana di Kepulauan Nusantara dan Indonesia
belum lahir tepatnya di Pulau Jawa pada pertengahan abad ke-15hingga
pertengahan abad ke-16 itu adalah Syekh Siti Jenar atau dikenal dengan nama
Syekh Lemah Abang. Dia seorang guru dan pelaku spiritual yang mengajarkan agama
sebagai jalan hidup dan bukan sebagai kepercayaan. Meskipun Syekh seorang
muslim, tetapi ajarannya menarik berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang
ada waktu itu. Mereka yang belajar dan menjadi murid Syekh berasal dari
berbagai kalangan, baik kalangan elite –yaitu para adipati– maupun rakyat
biasa. Mereka berasal dari pemeluk Hindu, Biddha, Syiwa-Buddha, Islam, dan pemeluk
kepercayaan yang berkembang di Jawa waktu itu. Yang diajarkan oleh Syekh Siti
Jenar sehingga daya tarik ajarannya luar biasa dan menyebabkan penguasa
Kesultanan Demak Bintara kegerahan waktu itu
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Ajaran Syekh Siti Jenar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEMBILAN
AJARAN POKOK SYEKH SITI JENAR
Manusia hidup di atas bangunan opini
atau pendapat orang lain. Pada umumnya manusia tidak mengetahui hakikat
hidupnya sendiri, dan tidak mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi pada
dirinya. Pikiran sebagian besar orang merupakan pendapat orang lain, sehingga
kita berbicara menggunakan bahasa orang lain. Mereka yang berpengaruhlah yang
telah menanamkan pengaruhnya yang berupa bahasa, perilaku, pendapat, dan
sebagainya untuk membangun identitas tunggal.
Adalah
Kierkegaard –seorang filosof Barat– yang menyatakan bahwa sekelompok besar
orang selalu menghilangkan identitas pribadi. Oleh karena itu, sebagian besar
orang yang beragama (memeluk agama resmi) biasa melakukan ritual dan
menjalankan apa yang biasa dilakukan atau diharapkan oleh orang lain, tanpa
penghayatan pribadi apa yang dilakukankannya. Kebanyakan orang hidup dalam
kedangkalan dan formalisme kosong, dan demikianlah yang terjadi sehingga
seluruh generasi terjebak dipinggiran akal budi yang berlumpur. Inilah yang
menyebabkan roda kemajuan berhenti berputar.[i]
Pendapat sebagai hasil olah pikir
manusia berkembang terus, dan bila pemikiran seseorang, suatu golongan atau
bangsa mandek, maka ia akan terlindas oleh perubahan yang terjadi di dunia ini.
Bangsa yang pemikirannya terlindas atau tertinggal akan menemui banyak masalah
dalam hidupnya, dan kenyataan itu bisa kita saksikan dewasa ini. Perhatikanlah
apa yang terjadi pada negara-negara tidak maju atau sedang berkembang!
Kemiskinan, kebodohan, mutu kesehatan yang rendah, serta rusaknya lingkungan
hidup merupakan bukti mandeknya pemikiran.
Tanpa
berpikir manusia tidaklah sama dengan hewan, tetapi malah lebih buruk daripada
kehidupan hewan. Bila hewan lapar, maka secara naluri akan tertuntun menuju
sumber makanan, tetapi tanpa berpikir untuk mencari makan manusia akan
mengalami kematian. Oleh karena itu, manusia berandai-andai, dan perlu
berasumsi. Manusia berusaha menggunakan akal-pikirannya untuk menciptakan nilai
tambah pada segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Berbagai benda diberi nilai
atau “aji” sesuai dengan tingkat kelangkaannya.
Pendapat apabila sudah diterima oleh
suatu kelompok orang maka akan menjadi kebenaran bagi kelompok itu. Meskipun
kitab-kitab suci dalam berbagai agama dikategorikan sebagai wahyu dan bukan
pendapat, tetapi dalam implementasinya tetap menggunakan olah pikir alias
pendapat. Dan, pendapat tentunya dimaksudkan untuk menyamankan, memudahkan, dan
menimbulkan kesejahteraan umat. Itulah pendapat yang diperlukan!
Jadi, bukan kebenaran hakiki atau
kebenaran harfiah suatu pendapat yang perlu diperhatikan. Yang perlu
diperhatikan adalah apakah pendapat itu bisa digunakan untuk menimbulkan
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia, minimal bagi mereka yang meyakini
pendapat itu. Dan, yang perlu kita tolak adalah pendapat yang menimbulkan
kezaliman, kesengsaraan dan kriminalitas bagi manusia.
1. Ajaran pokok
yang pertama dari Syekh Siti Jenar adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Pendapat boleh
diperdebatkan, akan tetapi pendapat tidak untuk melindas pendapat orang lain.
Munculnya berbagai mazhab dalam berbagai agama di dunia membuktikan bahwa
ajaran agama pasca pendirinya sebenarnya merupakan pendapat yang dikembangkan
dari ajaran asal agama itu. Jadi, kebenaran pendapat adalah kebenaran yang
dibangun atas akseptabilitas masyarakat atau komunitas tempat pendapat itu
berkembang.
2. Ajaran pokok
yang kedua adalah
menjadi manusia hakiki, yaitu manusia yang merupakan perwujudan dari hak,
kemandirian, dan kodrat.
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.
Kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup yang tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantunga n antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence) .
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.
Kemandirian. Pemenuhan hak dan kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia hakiki. Tahap berikutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar bisa menjadi manusia yang hidup mandiri. Ia harus diarahkan agar mampu hidup yang tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian, kehidupan mandiri akan tercapai bila terjadi kesalingtergantunga n antar anggota masyarakat dan sekaligus kemerdekaan (interdependence and independence) .
Perhatikanlah keadaan ekonomi masyarakat Indonesia
sekarang ini. Kita amat sangat tergantung pada bantuan atau hutang luar negeri.
Negara yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa ini justru dihisap oleh
negara-negara maju di dunia ini. Setiap bayi yang dilahirkan yang seharusnya
merupakan aset negara, ternyata tumbuh menjadi manusia-manusia pencari kerja
dan bahkan menjadi beban negara. Hal ini disebabkan terjadinya manusia-manusia
yang tergantung pada orang lain. Hubungan yang terjadi adalah hubungan
orang-orang lemah dengan orang-orang kuat. Yang lemah merasa sangat memerlukan
yang kuat, sedangkan yang kuat berbuat tidak semena-mena terhadap mereka yang
lemah.
Akibat dari keadaan tersebut tambah tahun pengangguran
akan semakin bertambah besar. Yang menjadi gantungan relatif tetap, sedangkan
yang menggatungkan diri bertambah banyak. Terjadi relasi yang tidak seimbang,
sehingga kehidupan masyarakat menjadi rawan.
Kodrat. Inilah unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Kodrat. Inilah unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Dalam psikologi kodrat dapat dikatakan hampir sama
dengan talenta. Bila seseorang tidak diberikan kesempatan untuk dapat
mengaktualisasikan dirinya, maka kodratnya kemungkinan besar tak akan terwujud.
Padahal, kodrat yang ada pada diri seseorang itulah yang bisa menjadi sarana
untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Bila setiap orang bisa mewujudkan
kodratnya, maka akan terwujud hubungan yang saling memberikan dan sekaligus
saling membutuhkan. Setiap orang akan memiliki nilai tawar bagi orang lain.
Harmonisasi dan ikatan antar warga negara akan menguat
bila sebagian besar penduduknya bisa mewujudkan ketiga unsur manusia hakiki
tersebut. Keragaman masyarakat pun kecil dan kesenjangan ekonomi dapat
dinihilkan. Akhirnya jati diri manusia akan muncul dengan sendirinya, dan kita
akan menjadi bangsa yang kokoh dan tidak mudah diprovokasi.
3. Ajaran pokok
Syekh yang ketiga adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain
merupakan hubungan kodrat dan iradat. Hubungan satu orang dengan orang lain
bagaikan hubungan kerja dalam satu tim, sehinga tidak terjadi hubungan posisi
yang memerintah dan yang diperintah. Tak ada hubungan kekuasaan. Antara manusia
yang satu dengan yang lain terikat oleh kodrat dan iradatnya, sehingga seperti
hubungan sel yang yang satu dengan sel lainnya dalam satu tubuh, dan hubungan
organ yang satu dengan organ lainnya dalam satu tubuh.
Kalau kita amati cara kerja organ-organ dalam tubuh
manusia, maka kita akan ketahui bahwa masing-masing organ –seperti otak,
penglihatan, penciuman, pendengaran, paru-paru, jantung, hati, ginjal, usus,
dan lain-lain– akan bekerja sama, dan masing-masing menjalankan peranannya.
Seharusnya kehidupan masyarakat manusia juga demikian. Dengan mewujudkan
masyarakat yang berupa kumpulan manusia-manusia hakiki, masing-masing orang
atau kelompok menjalankan fungsinya dengan benar, maka akan terbentuk kehidupan
yang sehat dan tidak terjadi penghisapan antara orang yang satu terhadap orang
lainnya. Inilah kehidupan dunia yang didambakan oleh Syekh Siti Jenar, yang
justru sekarang tumbuh dan berkembang di negara maju.
4. Ajaran pokok
yang keempat : segala sesuatu di alam semesta ini adalah satu dan hidup. Dalam salah
satu pupuhnya disebutkan bahwa bumi, angkasa, samudra, gunung dan seisinya,
semua yang tumbuh di dunia, angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan
rembulan, semuanya merupakan keadaan hidup. Jadi, semua yang ada merupakan
wujud kehidupan.
Menurut Syekh Siti Jenar yang dinamakan makhluk hidup
adalah kehidupan yang terperangkap dalam alam kematian. Zat mati tak akan dapat
menimbulkan kehidupan, sedangkan zat hidup tak akan tersentuh kematian. Tuhan
disebut zat yang mahahidup karena Dia eksis karena Diri-Nya sendiri. Kekuatan
hidup-Nya mengalir dalam alam kematian sehingga muncul sebagai makhluk hidup.
Sekarang bandingkan dengan tulisan-tulisan dari Barat dewasa ini, akan kita
temukan pernyataan mereka bahwa semuanya satu, semuanya hidup. Dengan demikian,
pandangan Syekh Siti Jenar luar biasa. Banyak pandangannya yang justru
bersesuaian dengan pandangan kaum teosofi maupun para spiritualis dari Barat.
Bila kita menyadari bahwa lingkungan kita adalah
keadaan yang hidup, maka tentu kita akan memperlakukan lingkungan kita dengan
sebaik-baiknya karena kita dan lingkungan kita sebenarnya satu dan sama-sama
sebagai keadaan yang hidup. Bila kita menyadari tentu kita akan berhati-hati
dalam memperlakukan lingkungan kita.
5. Ajaran pokok
yang kelima: pemahaman tentang ilmu sejati. Dikisahkan dalam Serat Siti Jenar yang
ditulis oleh Aryawijaya: Sejati jatining ngèlmu, lungguhé cipta pribadi,
pustining pangèstinira, gineleng dadya sawiji, wijanging ngèlmu dyatmika, nèng
kahanan eneng ening. Hakikat ilmu sejati itu terletak pada cipta pribadi,
maksud dan tujuannya disatukan adanya, lahirnya ilmu unggul dalam keadaan sunyi
dan jernih.
Menurut Syekh Siti Jenar manusia haruslah kreatif
karena manusia telah diberi anugerah oleh Yang Mahakuasa untuk dapat
mengaktualisasikan ilmunya yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Jadi, ilmu
sejati bukanlah ilmu yang kita terima dari orang lain. Yang kita dapatkan
melalui indra, pengajaran dari orang lain, itu hanyalah refleksi ilmu. Dan,
ternyata sejak abad ke-20 pemahaman bahwa ilmu lahir dari kedalaman batin telah
menjadi pemahaman yang universal. Itulah sebabnya orang-orang Barat tekun dalam
melakukan perenungan dan pengkajian terhadap tanda-tanda di alam semesta.
Jadi, harus ada suasana kondusif bagi orang-orang yang
mendalami ilmu pengetahuan. Suasana kondusif bagi ilmuwan adalah iklim kerja
yang membuat ilmuwan tersebut dapat bekerja dengan tenang, nyaman, dan bebas
dari berbagai penyebab kekalutan dan kesulitan. Dan, tentunya hak-hak untuk
dapat menjadi ilmuwan sejati haruslah dipenuhi. Ingat, setiap orang telah
diberi potensi dan talenta yang disebut kodrat. Dan, bagi mereka yang memiliki
kodrat untuk menjadi ilmuwan harus disediakan iklim kerja yang kondusif
sehingga bisa menghasilkan hal-hal yang dibutuhkan manusia.
6. Ajaran pokok
yang keenam: umumnya orang hidup saling membohongi. Banyak hal yang sebenarnya kita
sendiri tidak tahu, tapi kita menyampaikannya juga kepada teman-teman kita. Hal
ini banyak sekali terjadi dalam ajaran agama. Banyak orang yang sekadar hafal
dalil, tetapi sebenarnya dia tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh dalil itu.
Akhirnya pemahaman yang keliru itu menyebar dan terbentuklah opini yang salah.
Masyarakat yang dipenuhi dengan pemahaman dan opini
yang salah sama dengan masyarakat yang dipenuhi sampah. Masyarakat demikian
pasti rawan terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu, masyarakat harus
dibebaskan dari berbagai macam kebohongan. Masyarakat harus diajar dan dididik
untuk memahami segala sesuatu seperti apa adanya.
Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.
Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.
Ayat-ayat kitab suci harus dipahami berdasarkan
kenyataan, dan tidak diindoktrinasikan serta diajarkan secara harfiah sesuai
dengan asal kitab suci tersebut. Agama harus diajarkan secara arif dan bisa
dibumikan, tidak terus menggantung di langit. Agama harus diterjemahkan dalam
bentuk yang dapat dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat penerimanya.
7. Ajaran pokok
yang ketujuh: nama Tuhan diberikan oleh manusia. Lima ratus tahun yang lalu Syekh telah
menyatakan dengan tegas bahwa manusialah yang memberikan nama pada Tuhan. Oleh
karena itu, nama bagi Tuhan bermacam-macam sesuai dengan bahasa dan bangsa yang
menamai-Nya. Dan, perlu diketahui bahwa Tuhan sendiri sebenarnya tidak perlu
nama, karena Dia hanya satu adanya. Sesuatu diberi nama karena untuk membedakan
dengan sesuatu lainnya. Nama diberikan agar kita tidak keliru tunjuk atau salah
sebut.
Bagi Syekh Siti Jenar, apapun sebutan yang diberikan
kepada-Nya haruslah sebutan yang terpuji, yang baik, yang pantas. Bahkan dalam
Alquran dinyatakan dengan tegas pada Q. 7:180 bahwa manusia diperintah untuk
memohon kepada-Nya dengan nama-nama baik-Nya, atau al-asmâ-u l-husnâ. Dan, pada
Q.17:110 dinyatakan bahwa Dia dapat diseru dengan nama Allah, Ar Rahman, atau
dengan nama-nama baik-Nya yang lain.
Sungguh, sangat mengherankan bila di zaman sekarang
ini kita berebut nama Tuhan. Secara teoritis umat Islam dididik untuk meyakini
bahwa Tuhan itu Yang Maha Esa. Tetapi, dalam kenyataannya sebagian orang Islam
–seperti yang terjadi di Malaysia – malah meminta orang yang beragama lain
untuk tidak menggunakan lafal Allah bagi sebutan Tuhan pada agama lain
tersebut. Inilah pemahaman yang salah! Kalau kita –yang Muslim— menolak pemeluk
agama lain menyebut Allah bagi Tuhannya, maka secara tak sadar kita mengakui
bahwa Tuhan itu lebih dari satu.
Sudah waktunya kita ajarkan ketuhanan dengan benar
sehingga kita tidak berebut tulang tanpa isi. Kita harus menyadari sepenuhnya
bahwa mengamalkan nilai-nilai ketuhanan dengan benar itulah yang amat penting
dalam hidup ini. Bagi orang Indonesia , menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
ketuhanan dengan benar merupakan penegakan Sila yang pertama.
8. Ajaran pokok
yang kedelapan: raja agama sesungguhnya raja penipu. Sebagaimana telah diterangkan bahwa
agama adalah jalan hidup. Oleh karena itu, agama harus diajarkan untuk menjadi
jalan hidup, sehingga pemeluk agama bisa hidup tenang, bahagia dan bersemangat
dalam menjalani hidup. Agama harus diajarkan untuk menjadi landasan moral dan
perilaku, sehingga agama benar-benar sebagai nilai luhur dan menjadi rahmat
bagi semesta alam.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.
Jika di Eropa pada abad ke-19 orang-orang mulai
mempertanyakan peranan agama, dan bahkan ada yang memandang bahwa agama sebagai
candu bagi masyarakat dan harus disingkirkan dari gelanggang kehidupan
bernegara, maka empat ratus tahun sebelumnya Syekh Siti Jenar justru ingin
menerapkan agama sebagai penyegar dan pencerah bagi pemeluknya. Oleh karena
itu, agama diajarkan tanpa melibatkan kekuasaan negara. Di sinilah Syekh
bertabrakan dengan kepentingan Walisanga.
Syekh amat sadar bahwa di dunia ini penuh dengan tipu
daya. Hampir di semua negara pada waktu itu terjadi relasi keuasaan antara
raja/penguasa dengan para tokoh agama. Dengan kata lain, raja dan tokoh agama
berbagi kekuasaan. Yang dikuasai dan yang dijadikan pijakan hidup oleh raja dan
tokoh agama adalah rakyat. Inilah yang oleh Syekh disebut sebagai penipuan.
Oleh karena itu, sudah waktunya agar agama benar-benar menjadi milik
masyarakat, dan negara tidak mengurusi agama. Yang diurusi oleh negara adalah
tegaknya hukum positif, perlindungan bagi setiap orang tanpa memandang agama
dan kepercayaannya. Yang diurusi oleh negara adalah kemakmuran, kesejahteraan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
9. Ajaran pokok yang kesembilan: segala sesuatu di alam semesta adalah
Wajah-Nya. Inilah ajaran puncak dari Syekh Siti Jenar. Dunia adalah manifestasi
wujud yang satu, dan hakikat keberadaan bukanlah dualitas. Sehingga, kemana pun
kita hadapkan diri kita, maka sesungguhnya kita senantiasa menghadap Wajah-Nya.
Semua adalah penampakan Wajah-Nya. Sekarang marilah kita cicipi dua bait puisi
dari Syekh Siti Jenar.
Bersanggama dalam keberadaan
diliputi yang ilahi
hilanglah kehambaannya
lebur lenyap sirna lelap
digantikan keberadaan Ilahi
kehidupannya
adalah hidup Ilahi
diliputi yang ilahi
hilanglah kehambaannya
lebur lenyap sirna lelap
digantikan keberadaan Ilahi
kehidupannya
adalah hidup Ilahi
Lahir batin keberadaan sukma
yang disembah Gusti
Gusti yang menyembah
sendiri menyembah-disembah
memuji-dipuji sendiri
timbal balik
dalam hidup ini
yang disembah Gusti
Gusti yang menyembah
sendiri menyembah-disembah
memuji-dipuji sendiri
timbal balik
dalam hidup ini
Jadi, pada puncak perenungan dan keheningan diri
terjadilah penegasian eksistensi diri yang terkurung raga. Ditegaskan bahwa
kehambaan telah lenyap, sudah hilang. Bila kehambaan masih tetap eksis maka di
alam semesta ini masih berada dalam keadaan dualitas. Keadaan inilah yang menyebabkan
orang terpisah dengan Tuhannya, meskipun secara konseptual diketahui bahwa Sang
Pencipta lebih dekat daripada urat lehernya. Akan tetapi, selama keadaan
dualitas belum sirna maka secara faktual Tuhan masih jauh daripada urat
lehernya, karena Tuhan dianggap berada di luar dirinya.
Ada dualitas artinya kita mengakui ada dua keberadaan,
yaitu ada yang inferior (keberadaan yang kualitasnya lebih rendah) dan ada yang
superior (keberadaan yang kualitasnya lebih tinggi). Jika demikian, kedua jenis
keberadaan itu tumbuh melalui proses. Semua yang tumbuh melaui suatu proses,
bukanlah keberadaan yang kekal. Dan, bilamana tiada keberadaan yang kekal, maka
tak mungkin ada fenomena atau penampakan di alam semesta.
Kita hidup di dunia ini karena kita kanggonan (didiami)
urip (hidup) yang diberikan oleh Tuhan. Namun, badan jasmani ini hanyalah
fenomena yang terikat oleh ruang, waktu, situasi psikologis. Hakikatnya badan
jasmani ini tidak ada karena badan jasmani ini seperti gambar yang menumpang di
layar perak atau layar kaca. Kalau layar digulung atau dimatikan ya lenyaplah
fenomena tersebut. Jadi, memang benar bahwa dunia ini panggung sandiwara, dan
kita adalah pemain-pemain sandiwara. Oleh karena itu, kita harus dapat
memainkan peran kita masing dengan baik.
Lalu, apa sasaran utama pelenyapan dualitas? Sasaran
pokoknya adalah menumbuhkan kesadaran akan ke-Satu-an, Oneness, dalam kehidupan
ini, baik kehidupan kita sebagai individu maupun secara kolektif. Dengan
lenyapnya perasaan dualitas dalam hidup ini, maka jarak antara kawula dan Gusti
akan hilang. Akan lahir individu-individu yang menjadi dirinya sendiri, dan
dalam kehidupan sosial akan tercipta interaksi antar warganya secara tim,
sehingga semua akan memenuhi fungsinya masing-masing dalam kehidupan. Sekat antara
pemimpin dan yang dipimpin akan hilang, dinding penyekat antara raja dan
rakyatnya akan runtuh. Bila ini sudah terjadi, maka tak akan ada lagi
eksploitasi terhadap sesama manusia.
Pelenyapan sekat antara kawula (hamba, rakyat, atau
bawahan) dan Gusti (raja, pemimpin, atau atasan) akan melahirkan satu
keberadaan yang disebut Manunggaling Kawula Gusti. Keberadaan MKG ini akan
menggugurkan kehidupan yang berkasta dan merontokkan feodalisme. Relasi sesama
manusia berupa simbiose mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan.
Sesama manusia hidup dalam suasana liberte, egalite dan fraternite, yaitu hidup
dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan antara sesama manusia di dunia
ini. Dari sinilah Syekh membangun hubungan warga dengan wadah yang disebut
masyarakat, yang tidak dijumpai di Timur Tengah pada waktu itu.
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Syekh Siti
Jenar mendidik untuk menjadi manusia merdeka, sehingga siap untuk menahan gangguan
dan ancaman asing agar bangsa Indonesia tidak terus-menerus terjajah oleh
negara lain dalam segala bentuknya. Maka Syekh Siti Jenar memiliki Sembilan ajaran pokok yaitu:
Ajaran pokok
yang pertama dari Syekh Siti Jenar adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Ajaran pokok
yang kedua adalah menjadi manusia hakiki. Ajaran pokok Syekh yang ketiga
adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain. Ajaran pokok yang
keempat : segala sesuatu di alam semesta ini. Ajaran pokok yang kelima:
pemahaman tentang ilmu sejati. Ajaran pokok yang keenam: umumnya orang
hidup saling membohongi. Ajaran pokok yang ketujuh: nama Tuhan diberikan
oleh manusia. Ajaran pokok yang kedelapan: raja agama sesungguhnya raja
penipu. Ajaran pokok yang kesembilan:
segala sesuatu di alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar