Senin, 12 Desember 2016

Nizham Al-Mulk


BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar belakang

Bangsa saljuk berasal dari suku Qanak di Turkistan. Bersama dengan dua puluh tiga suku lainnya, mereka membentuk kabilah-kabilah turkoman yang di kenal Al-Ghuz. Mereka tinggal di kawasan transoksiana yang sekarang kita sebut dengan turkistan.
Batasnya mulai dari dataran tinggi Mongolia dan Utara China dari Timur ke arah laut Qazwin di sebelah barat. Dan dari dataran rendah siberia di sebelah utara menuju ke daratan india dan persia di sebelah selatan. Keluarga-keluarga Al-Ghuz dan kabilah-kabilah besar mereka tinggal di daerah-daerah tersebut. Mereka dikenal dengan bangsa turki.
                Abu Hafsh Al-Bukhari merupakan salah satu pakar fikih yang menjadi pelopor gerakan pemikiran di kota Bukhara. Kemudian terjadilah gerakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan di dunia timur setelah periode tersebut. Disamping itu dinasti saljuk punya komitmen untuk memerangi bid’ah-bid’ah Al-Islamiyah. Diantara pengusa dinasti saljuk yang terkenal adalah Nizam Al-Mulk. Tokoh yang satu ini memahami aktivitas dakwah Al-Islamiyah dalam menarik simpati banyak orang dari kalangan awam. Karena itu, Nizham Al-Mulk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan untuk islam yang benar dan untuk membentengi setiap muslim dari dakwah-dakwah Al-Islamiyah.
                Pada tahun 391 H, dibangunlah madrasah pertama kalinya, madrasah ini diberi nama Ash-Shadiriyah yang dinisbatkan kepada pendirinya Shadir bin Abdullah. Kemudian diikuti dengan berdirinya madrasah Ar-Rasya’iyyah yang didirikan oleh Rasya bin Nadhif di Damaskus pada permulaan abad keempat.

2.       Rumusan Masalah
A.      Apa saja keberhasilan Nizham Al-Mulk mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk ?
B.       Bagaiman Perkembangan Kebudayaan Islam pada masa Nizham Al-Mulk ?
C.      Apa saja peran-peran penting sultan-sultan dinasti Saljuk ?








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Keberhasilan Nizham Al-Mulk mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk
Sesungguhnya Nizham Al-Mulk telah berhasil mengembalikan undang-undang dan power dinasti saljuk ke sebaik-baik kondisinya :
1)      Keakuratan Nizham Al-Mulk Mengelola Urusan-urusan Negara
Tatkala malik syah diangkat menjadi sultan dinasti Saljuk, maka fungsi militer menjadi tumpul, mereka hanya berburu untuk mengumpulkan harta. Mereka berkata,  “Pemerintahan (Sultan Malik Syah) tidak menghalangi kami mendapatkan harta kecuali Nizham Al-Mulk.”
Melihat manusia banyak mengalami tekanan dan keterhimpitan karena terjang militer, maka Nizham Al-Mulk mengadukan hal tersebut kepada Sultan Malik Syah. Nizham Al-Mulk juga menjelaskan kepada Sultan bahwa kejadian seperti ini termasuk kelemahan dan menyebabkan wibawa pemerintahan jatuh, hambar dan hancur, dan menghilangkan politik negara.
Sultan Malik Syah bersumpah kepada Nizham Al-Mulk bahwa dia telah memberikan garis wilayah kekuasaan kepada Nizham Al-Mulk lebih besar, dari sebelumnya, menyerahkan pengelolaan kepadanya. Sultan kemudian memberikan gelar kepada Nizham Al-Mulk, diantaranya gelar “atabik”.
2)      Konsep Teori Negara Menurut Nizham Al-Mulk
Nizham Al-Mulk adalah sosok manusia yang beriman dan berislam. Dia mensucikan ajaran-ajaran islam sebagaimana dia sangat terkesima dan larut dengan ilmu-ilmu Islam, memuliakan tokoh-tokohnya sampai agama dan negaranya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain saling melengkapi, seperti kesempurnaan bumi karena ada langit.
Karena berlebihan penggunaan undang-undang untuk agama dan kegigihan membela agama mengalahkan negara itu membingungkan, maka Nizham Al-Mulk berpandangan bahwa negara merupakan media dari berbagai macam media menyebarkan islam dan memperdengarkanya kepada seluruh manusia.
3)      Nizham Al-Mulk dan Gagasan Pengembangan Ekonomi
Nizham Al-Mulk mempunyai peran penting dalam memperbaiki tanah-tanah pertanian dan mengatur pendistribusiannya. Adat kebiasaan yang sudah berlangsung bagi para khalifah dan para amir adalah memanipulasi harta kekayaan alam di daerahnya dan harta dikumpulkan di ibukota negara.
Tatkala kecuran dana taktis yang digelontarkan pemerintah pusat semakin luas ke daerah-daerah pada masa Nizham Al-Mulk, maka dia mengamati pemasukan kas negara melakukan perbaikan, terlebih di sana tidak ada perhatian para wali dalam perbaikan sektor ini.
Menurut langkah paling efektif bagi negara adalah mendistribusikan bagian-bagian tanah produktif berbentuk petakan-petakan kepada kepala-kepala tentara asalkan setiap petaknya ditebus dengan membayar sejumlah uang untuk kas negara ganti mereka mengambil manfaat dari lahan-lahan tanah yang di peruntukan kepada mereka.[1]
4)       Perhatian Nizham Al-Mulk Terhadap Ketertiban Administrasi
Nizham Al-Mulk menaruh perhatian yang besar dalam penyusunan manajemen administrasi negara. Penguasa yang menaruh perhatian supaya Nizham Al-Mulk mengurus masalah ini berawal pada masa Sultan Alp Arselan dan wilayah garapan Nizham Al-Mulk semakin meluas pada masa Sultan Malik Syah.
Nizham Al-Mulk mendapatkan kehormatan memformat politik, baik di internal negara maupun eksternal negara, dalam skala besar. Untuk melaksanakan tugas itu, dia mengacu pada pemahaman dan pengetahuannya tentang aturan-aturan rumah tangga kantor.
5)      Dukungan Nizham Al-Mulk Terhadap Pembangunan Fasilitas Modern
Perhatian besar terhadap pembangunan fasilitas modern, khususnya di bidang peribadatan. Dia banyak membangun masjid-masjid di berbagai pelosok daerah yang tunduk dibawah pemerintah dinasti saljuk, sebagaimana dia serius memperhatikan bangunan Al-Haramain, masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.[2]
                                                                    
B.      Perkembangan Kebudayaan Islam pada masa Nizham Al-Mulk
Kita mengetahui bahwa puncak kemajuan di zaman Abbasiyah ke I adalah pada kekhalifahan Al Makmun (198-218), maka di zaman Abbasiyah ke IV ini, kemajuan dan keberadaban mencapai puncaknya yang tertinggi adalah berkat tangan perdana Mentri Nizham Al-Mulk (455-485 H). Khalifah Al-Makmun terkenal dengan Baitul Hikmah sebagai akademi yang pertama yang didirikan pada tahun 830 M. Maka Nizhamul Mulk terkenal dengan Universitas yang pertama di dunia yang didirikannya pada 458-460 H/1065-1067 M.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa para negarawan pada periode ini lebih banyak mencurahkan perhatian pada bidang teologi. Hal ini ada kaitannya dengan politik.
Lembaga pendidikan islam yang pertama menerapkan sistem yang mendekati sistem pendidikan yang dikenal sekarang adalah Madrasah Nizhamiyah. Kurikulumnya berpusat pada Al-Quran, sastra arab, sejarah Nabi Muhamad SAW, dan berhitung. Dengan menitikberatkan pada Mazhab Syafi’i dan sistem teologi Asy’ariyah. [3]

C.      Peran-peran Penting Sultan-sultan Dinasti Saljuk
Meskipun demikian, sultan-sultan dinasti Saljuk mempunyai peran-peran penting antara lain :
1.       Mereka berperan menunda kehancuran sistem kekhalifahan daulah Abbasiyah, sekitar dua abad lamanya, sekiranya sistem khalifah nyaris hancur sebelum lenyap di bawah kekuasaan bangsa Buwaih yang beraliran Syi’ah Ar-rawafidh.
2.       Dinasti saljuk berhasil menggagalkan misi dinasti Al-Abidiyah di mesir mewujudkan tujuannya menyatukan wilayah islam bagian timur di bawah bendera khalifah Abbasiyah yang beraliran sunni.
3.       Sultan-sultan Seljuk telah melaksanakan perannya yang menyentuh untuk bangkit dalam bidang keilmuan dan administrasi perkantoran di daerah-daerah yang tunduk di bawahnya dan menciptakan stabilitas kemanan yang kondusif.
4.       Mereka menghadang pergerakan kristenisasi yang dilancarkan kaisar Byzantium. Perwakilan-perwakilan dinasti Saljuk telah menggempur beberapa kelompok pasukan besar tentara salib yang menjajah Baitul Maqdis, Ar-Ruha dan sebagian daerah syam serta pantai-pantainya. Di antara amir dinasti Saljuk yang paling Populer melaksanakan misi ini adalah Imaduddin Zengki.
5.        Mereka mengibarkan aliran sunni dan para ulamanya di daerah-daerah tersebut.[4]



[1] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 194-200.
[2] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 197-202.
[3] M. Solikhin, sejarah peradaban islam, ( Semarang : RaSAIL, 2005), hlm 98-100.
[4] Ali Muhammad Ash-Shallabi, DAULAH BANI SALJUK, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm 299.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar